Kalender Liturgi hari ini
Kitab Hukum Kanonik
No. kanon: contoh masukan no kanon: 34,479,898-906
KITAB SUCI +Deuterokanonika
: - Pilih kitab kitab, masukan bab, dan nomor ayat yang dituju
Katekismus Gereja Katolik
No. : masukkan no. katekismus yang dikehedaki, misalnya 3, 67, 834 atau 883-901

Partner Link Website
Keuskupan, Paroki & Gereja

Partner Link Website Katolik & Umum

H O M I L I
Mgr F.X Hadisumarta O.Carm

MINGGU BIASA XXII/A/2011

Yer 20:7-9  Rm  12:1-2  Mat 16:21-27

PENGANTAR                                   
          Injil Matius (Mat 16:21-27) dalam perayaan ekaristi hari ini adalah lanjutan Injil Minggu lalu (Mat 16:13-20). Pada dasarnya dalam Injil hari ini Yesus mau memperbaiki pandangan/pikiran Petrus dan para murid-Nya tentang arti penyelamatan yang akan diselenggarakan-Nya sebagai Mesias. Tujuan penyelamatan-Nya untuk umat manusia bukan hanya untuk kemuliaan dan keagungan, melainkan juga harus dicapai melalui penderitaan yang harus ditanggung Si Anak Manusia (Yesus Kristus).

HOMILI
          Dalam Injil Matius sebelumnya Yesus tidak berbicara tentang jalan yang harus ditempuh-Nya, yaitu penderitaan dan kematian. Dalam teks asli Injil hari ini tertulis: “Sejak waktu itu” (dalam Injil yang tadi dibacakan  tertulis: “Sekali peristiwa”). Sebenarnya Matius ingin menerangkan, bahwa Injil, Kabar Gembira, yang diwartakan Yesus juga mengandung pewartaan baru, yaitu bahwa keselamatan yang akan diberikan Yesus harus dilakukan-Nya dahulu melalui penderitaan. “Yesus mulai menyatakan kepada murid-murid-Nya, bahwa Ia harus pergi ke Yerusalem dan menanggung banyak penderitaan dari phak tua-tua, imam-imam kepala dan ahli-ahli , lalu dibunuh dan dibangkitkan kembali pada hari ketiga”.

Petrus tidak mau menerima apa yang dikatakan Yesus, yaitu bahwa Ia harus menderita dan mati. Dan reaksi Petrus itu Yesus melihatnya sebagai usaha setan/iblis untuk menggagalkan rencana penyelamatan umat manusia seperti  direncanakan oleh Allah. Maka Yesus menggunakan kata-kata keras dan tegas yang sama,seperti dikatakan-Nya kepada setan dalam godaan yang dialami-Nya di padang gurun: “Enyahlah,Iblis!” (Mat 4:10). Malahan ditambahkan: “Engkau adalah batu sandungan bagi-Ku”. Dan akhirnya Yesus menegaskan: Setiap orang yang mau mengikut Aku, ia harus memikul salibnya dan mengikut Aku” (ay. 23-24).

          Apa sebabnya Petrus tak mau menerima, bahwa Yesus harus menderita dan mati? Petrus bukan hanya mengungkapkan pendirian pribadinya saja, tetapi juga dari murid-murid lainnya. Itulah gambaran mereka semua, yang belum mampu memahami jalan rahasia yang ditempuh Allah dalam diri Yesus dan semua murid-Nya! Petrus dan rekan-rekannya menghadapi kenyataan pahit, yang direncanakan Allah, tetapi sungguh tak dapat diterima bila dilihat dari jalan pikiran/logika/perhitungan manusia! Menderita sengsara, disalib, dibunuhpertanyaan dalam hati mereka ialah: Hanya itukah yang harus diterima dan dialami Yesus dari Allah? Apakah tidak ada lainnya yang memberi harapan, daya tarik, dan pahala atau anugerah?  Apakah tidak lebih baik dan realistis menyingkirkan salib dan penderitaan daripada syarat-syarat, yang begitu bertentangan dengan akal sehat? Apakah sungguh perlu? Bukankah itu justru menimbulkan keputusasaan atau depresi dalam hati kita sebagai manusia? Ditambahkan lagi, seolah-olah ada loncatan luarbiasa, bahkan bagaikan pertentangan dengan adanya perubahan pandangan Yesus terhadap Petrus: Petrus seelumnya disebut batu wadas, sekarang  disebut sebagai batu sandungan! Ternyata Yesus menegaskan, bahwa Petrus tidak memahami sedikitpun kenyataan dan misteri rencana Allah yang ditentukan-Nya  bagi dia dan bagi kita semua. Yesus menegaskan, bahwa apabila kita ingin menjadi pengikut-Nya, kita harus menyangkal diri kita, memikul salib kita dan mengikuti Dia!

          Apa artinya: menyangkal diri sendiri? (ay.24). Memungkiri seseo-rang berarti memungkiri diri orang itu, sedangkan memungkiri diri sendiri berarti memungkiri diri sendiri sebagai pusat hidupnya sendiri. Contohnya ialah Petrus sendiri. Ia mengakui Yesus sebagai Mesias, tetapi kemudian ketika Yesus ditangkap, Petrus menyangkal bahwa Yesus adalah  sahabat dan Mesias. Ia berkata: “Aku tidak mengenal Dia”. – Bukankah itulah artinya bagi kita juga?  Maka menyangkal diri sendiri berarti tidak lagi memusatkan diri hanya kepada diri sendiri, kepentingannya sendiri sebagai pusat segenap perhatian pribadinya saja. Bukan hanya sejauh itu saja. Kita harus sungguh berani memenuhi undangan Yesus: “Ikutlah Aku!”.

          Ajaran dan undangan yang ditujukan Yesus kepada keduabelas muird-Nya itu secara singkat berbunyi: “Barangsiapa mau menerima undangan-Ku untuk mengikut Aku, harus menerima Diri-Ku seperti ada-Ku ini!” Berarti termasuk mengalami penderitaan dan salib. Corak khusus Mesias harus merupakan corak khusus segenap murid-Nya. Mereka harus menyertai dan mengikuti Dia pergi ke Yerusalem! - Arti sepenuhnya memikul salib ialah memikulnya bersama Yesus. Yaitu bukan berarti hidup sendirian penuh kekhawatiran, bingung dan patah hati dalam menghadapi tantangan hidup. Sebaliknya, justru menempuh jalan hidup ditemani dan ditanggung oleh Tuhan yang hadir menyertai kita. Yesus minta agar kita mau, rela dan berani memilih suatu hidup seperti hidup-Nya sendiri. Siapa ingin mengikuti Yesus tidak dapat menghindari penderitaan. Jalan Allah bukanlah jalan kita! Sekarang kita dianjurkan menyesuaikan jalan hidup kita dengan jalan hidup Yesus! – Sesuai dengan nasihat Paulus, yang juga mengalaminya sendiri: “Inilah ibadahmu yang sejati. Janganlah kamu menjadi serupa dengan dunia ini, tetapi berubahlah oleh pembaharuan budimu, sehingga kamu dapat membedakan manakah kehendak Allah, mana yang baik, yang berkenan kepada Allah dan yang sempurna” (Rm 12:1-2).

Jakarta, 27 Agustus 2011.

Mgr. F.X. Hadisumarta O.Carm.

kumpulan Homili Mgr. FX. Hadisumarta O.Carm

Diperkenankan untuk mengutip sebagian atau seluruhnya isi materi dengan mencantumkan sumber http://www.imankatolik.or.id/