Kalender Liturgi hari ini
Kitab Hukum Kanonik
No. kanon: contoh masukan no kanon: 34,479,898-906
KITAB SUCI +Deuterokanonika
: - Pilih kitab kitab, masukan bab, dan nomor ayat yang dituju
Katekismus Gereja Katolik
No. : masukkan no. katekismus yang dikehedaki, misalnya 3, 67, 834 atau 883-901
Materi iman
Dokumen Gereja

No: masukkan no. yang dikehedaki - 0 (nol) untuk melihat daftar isi-(catatan kaki lihat versi Cetak) 

 

 

Katekese Sosial
Oleh : Dra.Liria Tjahaja, M.Si

 

1. Mengapa diperlukan katekese sosial ?

1.1. Fakta masyarakat: dijumpai adanya kemiskinan dan ketidakadilan sosial.

Kemiskinan : situasi dimana orang tidak menguasai sarana-sarana fisik secukupnya untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan dasarnya, untuk mencapai tingkat minimum kehidupan yang masih dapat dinilai manusiawi (Bdk.Magnis Suseno, dalam Banawiratma, 1987:37)

Kemiskinan bisa diakibat-kan karena adanya ke-tidakadilan struktural. Da-lam hal ini, kemiskinan bukanlah akibat kesalahan dan kehendak orang miskin sendiri melainkan karena adanya struktur sosial (aturan main dalam masyarakat), yang mem-buat proses : ekonomi. politik, sosial, ideologi
maupun budaya menjadi suatu proses yang hanya berpihak pada sekelompok/segelintir orang/kelompok saja dan sementara itu menekan pihak tertentu yang pada akhirnya dikateqorikan sebagai kelompok orang miskin. Sementara itu ketidakadilan membuat orang memiliki ketergantungan yang kuat dengan pihak lain. Dalam hal ini, orang yang mengalami ketidakadilan umumnya tidak memperoleh apa yang menjadi haknya karena ia menjadi sangat tergantung dari kekuasaan orang atau kelompok orang lain. Ia menjadi tidak bebas dan tidak memiliki kemandirian, sehingga sulit untuk memperjuangkan kehidupannya secara adil (Bdk.Magnis Suseno, dalam Eduard Dopo, 1992:72)

1.2. Katekese sebagai salah satu upaya untuk mendoronq terjadinya perubahan ke arah masyarakat yang lebih manusiawi

Setiap murid Kristus adalah kelompok orang yang dipanggil dan diutus. Maka suatu proses katekese seharusnya dapat membantu orang mengalami panggilannya sebagai murid Kristus dalam menjalankan perutusannya sehari-hari di tengah masyarakat. Katekese diharapkan dapat menjadi suatu proses komunikasi iman yang terarah pada pembaharuan hidup dan keterlibatan setiap murid Kristus dalam pengembangan masyarakat. Seperti diungkapkan dalam kitab Yakobus (Yak.2:14-26) bahwa iman tanpo perbuatan adalah mati. Untuk itu, katekese sebagai upaya untuk menumbuhkembangkan dan mendewasakan iman sangat diharapkan mampu membimbing orang untuk hidup dan bertindak secara nyata atas dasar iman yang dihayatinya. Iman seharusnya menjadi iman yang "hidup dan terlibat".

2. Upaya katekese sosial sejalan dengan teladan hidup Yesus, cita-cita Gereja dan perkembangan katekese saat ini

2.1. Yesus peduli dengan masalah-masalah bangsaNya

Dalam Mat 25:44 Yesus bersabda: "Aku berkata kepadamu, sesungguhnya segala sesuatu yang kamu lakukan untuk salah seorang dari saudaraku yang paling hina ini. kamu telah melakukannya untuk Aku", Amanat Yesus yang terungkap dalam kitab Matius tersebut menunjukkan bahwa Yesus adalah pembela dan pelindung kemanusiaan. Selama hidup-Nya, Yesus sangat menaruh perhatian pada kesulitan den penderitaan setiap orang. Dalam perumpamaan mengenai orang Samaria yang baik hati, Yesus bahkan mengajarkan kepada sernua orang betapa pentingnya membantu siapa saja yang membutuhkan pertolongan. Maka Yesus berkata "Pergilah dan berbuatlah demikian" (Luk.10:37). Yesus juga bergaul dengan orang-orang yang dipandang rendah dan hina. Bagi Yesus setiap manusia memiliki martabat yang luhur dan harus dihargai.

2.2. Keberpihakan Gereja pada orang miskin dan tersingkir

Seperti Yesus yang juga memiliki perhatian pada kaum papa/miskin, Gereja juga dipanggil untuk dapat berbuat demikian. Dalam hal ini, Gereja dituntut mampu memupuk upaya solidaritas dengan kaum miskin dan tersingkir, demi mengusahakan pembebasan mereka yang seutuhnya. Gereja adalah Umat Allah yang diharapkan ikut ambil bagian dalam keprihatinan Allah dan rencana karya penyelamatanNya bagi seluruh umat manusia. Peran Gereja adalah membuat dunia ini semakin sesuai dengan kehendak Allah, semakin adil, dan semakin ditandai oleh persaudaraan dan solidaritas (Bdk.Putranto dalam Banawiratma, 1992:103).
Seperti Yesus yang rnengambil rupa "hamba" dalam pela-yanan-Nya di tengah umat manusia (Flp.2:6-7) dan rela "menjadi miskin" (2Kor.8:9), demikian juga diharapkan Gereja mampu dan berani menjadi pela-yan, menjadi miskin dalam menunaikan misipenyelamatan
yang sudah dirnulai oleh Kristus di tengah dunia. Bahkan Konsili Vatikan II menegaskan : "Kegembiraan dan harapan. duka dan kecemasan. manusia dewasa ini, terutama yang miskin dan terlantar, adalah kegembiraan dan harapan, duka dan kecemasan murid-murid Kristus pula "(GS 1) Gereja menyadari bahwa pelayanannya untuk kaum miskin tidak cukup hanya melalui tindakan karitatif saja melainkan juga melalui tindakan yang lebih struktural.
Untuk menciptakan kondisi yang adil, perlu adanya upaya membongkar struktur-struktur dalam masyarakat yang menyebabkan ketidakadilan tersebut. Gereja diutus untuk membawa pembebasan kepada umat manusia melalui perjuangannya dalam merombak struktur yang tidak adil dan menindas menjadi struktur yang menghargai semua martabat pribadi manusia tanpa terkecuali.

2.3. Ajaran sosial Gereja

"Ajaran sosial Gereja merupakan ungkapan bagi keterarahan Gereja pada dunia, sejak disadari, bahwa iman mesti mendapat wujudnya dalam hidup manusia yang proton dan bahwa Gereja mesti mendapat identitasnya dalam dialog dengan duma yang profan " (Kieser, 1992:86).

Melalui ajaran sosial Gereja, mau ditegaskan kembali bahwa Gereja tidak dapat menjalankan tugas pewarta-annya tanpa keterlibatan konkrit dalam masalah ke-masyarakatan. Ajaran sosial Gereja merupakan salah satu aspek dimensi profetik Gereja. Melalui ajaran sosialnya, Gereja menjalan-
kan tugas pewartaannya (dengan memberi ajaran),tapi juga sekaligus mewujudkan keterlibatannya dalam menyelesaikan masalah-masalah sosial masyarakat. "Jelaslah kiranya bahwa ajaran sosial Gereja itu mengandung unsur praktis. Tujuannya adalah menawarkan panduan moral dan spiritual kepada orang dan kelompok orang yang sedang menghadapi masalah-masalah sosial, ekonomi, politik" (Kristiyanto, 2003:219)

2.4. Katekese sosial sebagai salah satu model dan upaya dalam menjawab tantangan bidang katekese/ pewartaan zaman ini

Melalui proses katekese sosial, umat diharapkan mampu mendengarkan. "suara Tuhan" yang bersabda dalam dan melalui hidup kemasyarakatan mereka . Dalam hal ini, pewartaan melalui katekese sosial diharapkan dapat menjadi pewartaan yang menggembirakan dan membebaskan, karena umat dihantar untuk merasakan kehadiran Allah yang menyelamatkan kehidupan umat manusia. Selama hidupNya, Yesus selalu mewartakan Kerajaan Allah, yaitu situasi dimana Allah sungguh-sungguh hadir menguasai manusia dengan cinta kasihNya yang mewarnai segala aspek kehidupan manusia.

Katekese juga memiliki keprihatinan pokok yang sama dengan Yesus yaitu pelayanan pada terwujudnya Kerajaan Allah. Untuk itu, katekese diharapkan dapat mendorong umat untuk menghayati imannya dalam situasi konkrit hidupnya di tengah masyarakat.

Tiga langkah penting yang perlu ada dalam proses katekese Ansos (Analisa sosial) adalah :

  • Adanya kepedulian pad a masalah masyarakat
  • Belajar dari Sobdo Allah sebagai pengalaman umat beriman yang juga bergulat dengan masalah imannya di tengah kehidupan masyarakat pada zamannya
  • Memahami masalah masyarakat (masalah sosial) yang ada di zaman sekarang ini dalam terang Sabda Tuhan.

3. Analisa sosial sebagai sarona pendukung Katekese Sosial

3.1. Apa yang dimaksud dengan Analisa Sosial (Ansos) serta tujuannya ?

Analisa sosial adalah salah satu unsur dalam ilmu-ilmu sosial dimana kita hendak meneliti situasi secara ilmiah, dengan maksud untuk memperdalam, memperluas, serta mempertajam pengamatan atau refleksi bersama (Bdk. John Prior dalam Bunga Rampai Katekese Sosial,1992:235). Sumbangan analisis sosial dalam proses katekese sosial adalah karena pendekatan analisa sosial memakai sistematika yang dapat dipertanggungjawabkan, dimana segala situasi dan masalah dilihat secara lebih obyektif. Singkatnya, melalui Ansos, diharapkan masalah sosial dapat dikaji dalam konteks yang lebih luas. Metode Ansos juga dimaksudkan untuk membantu menemukan akar masalah dari suatu kondisi sosial yang terjadi. Dengan cara ini, aksi pembaharuan dalam masyarakat dapat ditindaklanjuti dengan lebih tepat.

Tujuan cita-cita Ansos : Mempelajari struktur sosial (termasuk budaya) yang telah mengakibatkan ketidakadilan sosial. Ansos adalah usaha nyata untuk menegakkan keadilan. Cita-cita Ansos adalah: perubahan masyarakat kearah yang lebih manusiawi.

3.2. Model/kerangka berpikir Ansos

• Model konsensus

  • Struktur sosial dipandang sebagai hasil konsensus bersama anggota masyarakat
  • Setiap masyarakat pada hakekatnya teratur dan stabil
  • Masalah sosial dinilai sebagai penyimpangan dari nilai/norma bersama yang sudah disepakati
  • Penyelesaian masalah sosial selalu diusahakan dalam kerangka tata sosial yang sudah ada (tata sosial tidak dipersoalkan).

• Model konflik

  • Struktur sosial yang ada sebagai hasil pemaksaan sekelompok kecil anggota masyarakat terhadap mayoritas warga masyarakat Struktur sosial sebagai dominasi sekelompok kecil dan kepatuhan sebagian besar warga masyarakat atas dominasi kelompok kecil yang ada
  • Hukum dan undang-undang dalam masyarakat sebagai ciptaan sekelompok kecil orang yang ditujukan untuk segelintir orang.
  • Perubahan dan konflik merupakan hal yang positif bagi perubahan masyarakat ke arah yang lebih baik, sehingga selalu mempertanyakan struktur sosiail/budaya yang sudah ada.

Kedua model tersebut merupakan 2 sudut pandang tentang kenyataan masyarakat. Kedua model tersebut bisa saling melengkapi. Dalam menganalisa kenyataan hidup masyarakat, harus selalu disadari adanya dialektik antara stabilitas dan perubahan, konsensus dan konflik. Untuk suatu perubahan, terutama dalam rangka menerangi kemiskinan struktural, memang dibutuhkan model yang mengena seperti model konflik (Bdk.Suryawasita dalam dokumen hasil PKKI V, 1993:155)

4. Contoh langkah-Iangkah pelaksanaan Katekese Ansos

  • Pemetaan masalah (melalui dokumen tertentu: cergam, kasus, casette. dll)
  • Tanggapan spontan atas dokumen yang dibaca/diamati/didengar
  • Mengungkapkan isi/fakta dokumen secara lengkap/sejelas mungkin
  • Menemukan tema-tema persoalan/pembicaraan yang muncul dari dokumen yang ditampilkan, serta memilih 1 pokok persoalan yang dirasa paling mendesak
  • Menemukan peristiwa/masalah yang dijumpai dalam masyarakat saat ini berkenaan dengan tema pembicaraan yang sudah dipilih, serta menganalisanya (apa yang terjadi, akibat dari permasalahan, apa yang menjadi akar masalah/penyebab utamanya?)
  • Merangkan hasil analisa langkah
  • Memilih dan merenungkan Sabda Allah yang sesuai dengan masalah yang diternukan, Pertanyaan : Bagaimana pesan Injil untuk masalah tersebut ? Pada siapa Allah berpihak ?
  • Membaharui dir'i dan bersama masyarakat, terutama yang tertindas membuat rencana konkrit untuk memecahkan masalah yang dihadapi.

 

Kepustakaan :
Banawiratma (Ed.) . Aspek-Aspek Teolopi Sosial. Yogyakarta :Kanisius,1988.
_______ . Kemiskinan dan Pembebasan. Yogyakarta: Kanisus,1992.
Dopo,R.Eduard (Ed.). Keprihatinan Sosial Gereja. Yogyakarta: Kanisius, 1992.
Kiesers,S.J . Moral Sosial. Yogyokarta: Kcnisius, 1987.
_______ . Soliadritas 100 tahun ajaran sosial Gereja. Yogyakarta: Kanisius, 1992.
Komisi Kateketik KWI. Bunga Rampai Katekese Sosial. Yogyakarta: Komkat
KWI,1992.
_______ . Membina Iman Yang Terlibat Dalam Masyarakat (hasi/ PKKI V Komkat KWI, 1993 .
_______ . Menuju Katekese Kontekstual Tahun 2000 (hasil PKKI IV. Komkat KWI, 1989.
Suryawasita,S.J. Asas Keadilan Sosial. Yogyakarta: Kcmisius,1989.
Kristiyanto,Eddy,OFM. Diskursus sosia! Gereja. Malang: Dioma, 2003.

 

Diperkenankan untuk mengutip sebagian atau seluruhnya isi materi dengan mencantumkan sumber http://www.imankatolik.or.id/