Kalender Liturgi hari ini
Kitab Hukum Kanonik
No. kanon: contoh masukan no kanon: 34,479,898-906
Materi iman

 

 

 

 

Gereja dan Kitab Suci

Pada tahun 1460 penemuan-penemuan memungkinkan 'pencentakan buku-buku. Sebelumnya buku-buku sangat mahal dan sulit didapat karena ditulis dengan tangan, Orang biasa tidak bisa memiliki Kitab Suci, bahkan tidak bisa memiliki sebuah salinan Injil. Kitab Suci dibacakan di Gereja dan menjadi sumber khotbah. Demi membuat Kitab Suci lebih kelihatan bagi kaum beriman, setiap gedung Gereja dibangun dengan lukisan-lukisan, ukiran-ukiran atau jendela-jendeJa dari kaca wama yang menggambarkan peristiwa-peristiwa Kitab Suci.

Tetapi penemuan Gutenberg akan membuat Kitab Suci terjangkau oleh semua orang, asal orang dapat membaca. Penemuan teknis ini akan memperecpat juga krisis terbaru dalam Gereja. Selama berabad-abad lembaga-lembaga gerejani, kaum klerus dan religius telah mempertahankan kebudayaandan kesatuan dunia Kristen: akibat dari 'status sosial mereka, kepentingan-kepentingan duniawi cenderung menarik lebih banyak perhatian daripada pelayanan pewartaan injil. Tetapi lebih parah lagi ialah bahwa lembaga Gereja makin menjadi suatu sistim religius yang sangat berat, sering mematikan penelitian intelektual maupun. pembaharuan injili. Banyak tokoh religius dan orang saleh telah memprotes dan menuntut pembaharuan. Tetapi tidak terjadi pembaharuan. Dengan adanya Kitab Suci yang tercetak, banyak orang berpikir bahwa satu-satunya cara mendatangkan pembaharuan dalam Gereja ialah dengan memberikan Kitab Suci kepada semua orang supaya dengan membacanya, umat akan menghargai pesan asli dan mengoreksi kesalahan-kesalahan dan kebiasaan-kebiasaan jahat yang telah berakar dalam diri mereka.

Ketika Martin Luther berusaha untuk membaharui Gereja dengan memisahkan diri dari Gereja yang resmi, ia mengambil prakarsa untuk menerjemahkan Kitab Suci ke dalam bahasa Jerman, yang adalah bahasa umatnya. Sampai saat itu Kitab Suci biasanya diterbitkan dalam bahasa Latin, bahasa kaum klerus; pada waktu itu hanya beberapa saja yang menganggap penting bahwa semua orang Kristen membaca Sabda Allah secara perorangan; ada ketakutan bahwa bila Kitab Suci diberikan kepada semua orang, banyak akan menafsirkannya secara tidak tepat. Pandangan itu tidak salah seluruhnya; tak lama sesudah Luther selesai menerjemahkan Kitab Suci dalam bahasa umatnya, pengikut-pengikutnya "mulai berkelahi antar mereka dan mendirikan gereja-gereja tandingan, masing-masing berkayakinan bahwa merekalah yang memiliki kebenaran.

Kemudian sesudah kaum Protestan memisahkan diri, Gereja Katolik, yang sudan miskin dalam hal kekayaan duniawi, membaharui diri. Banyak hal penting tercapai, terdapat banyak orang kudus dengan kepribadian-kepribadian yang luar biasa. Tetapi meskipun demikian, Gereja Katolik tidak bisa menekankan untuk mendengarkan Sabda Allah. Sebaliknya lebih dari sebelumnya, Kitab Suci makin ketat ditempatkan di bawah pengawasan kewibawaan gerejani, hal ini sangat menghambat perkembangan peranan kaum awam Kristen. Pengkhotbah-pengkhotbah dan misionaris-misionaris sungguh mewartakan Injil, tetapi mereka lebih merupakan ahli-ahli yang tahu banyak daripada pelayan-pelayan Sabda Allah yang berusaha menemukan kekayaan Kitab Suci bersama saudara-saudari mereka.

Dari Para Rasul Kepada Kita

 

Sumber : Kitab Suci Komunitas Kristiani (Edisi Pastoral Katolik)

 

Diperkenankan untuk mengutip sebagian atau seluruhnya isi materi dengan mencantumkan sumber http://www.imankatolik.or.id/