Kalender Liturgi hari ini
Kitab Hukum Kanonik
No. kanon: contoh masukan no kanon: 34,479,898-906
KITAB SUCI +Deuterokanonika
: - Pilih kitab kitab, masukan bab, dan nomor ayat yang dituju
Katekismus Gereja Katolik
No. : masukkan no. katekismus yang dikehedaki, misalnya 3, 67, 834 atau 883-901

Partner Link Website
Keuskupan, Paroki & Gereja

Partner Link Website Katolik & Umum

H O M I L I
Mgr F.X Hadisumarta O.Carm

MINGGU BIASA XI /C/2013

2 Sam 12:7-10.13  Gal 2:16.19-21  Luk 7:36-50

 

PENGANTAR
          Dalam Injil hari ini Lukas berceritera tenang seorang perempuan, yang dalam masyarakat dianggap sebagai pendosa. Tetapi ia diterima oleh Yesus, yang diundang oleh Simon, seorang Farisi, ke rumahnya untuk makan bersama. Seperti di banyak tempat lainnya, Lukas dalam Injilnya ingin menempakkan kepada kita kebaharuan atau hal-hal yang sungguh baru, yang bukan hanya diwartakan Yesus dengan kata-kata, melainkan sekaligus dilakukan atau diwajudkan-Nya. Allah dalam diri Yesus adalah Allah kasih yang bukan datang untuk menghukum melainkan untuk menolong dan menyelamatkan.

HOMILI
          Dalam Perjanjian Lama sudah ditampilkan tokoh-tokoh perempuan yang diperkenankan sebagai orang-orang bukan dianggap manusia lemah, melainkan sebagai tokoh perempuan yang berani melawan apa yang buruk atau tidak adil. Contohnya: Yudit, Ester,Rut,Noemi,Susana. Mereka mau menjaga dan mempertahankan kedudukan dan penilaian terhadap orang perempuan yang negatif. Mereka ini adalah tokoh-tokoh perempuan yang berbuat sangat positif. Nah, dalam Perjanjian Baru, seperti dalam Injil Lukas hari ini, Yesus meneruskan dan meneguhkan kedudukan dan peranan setiap orang, khususnya perempuan, yang sama seperti laki-laki diciptakan Allah menurut citra-Nya.

 Dalam Injil hari ini perhatian kita ditujukan kepada nilai hakiki manusia, baik perempuan maupun laki-laki. Dalam Injil hari ini disebut tiga orang, yang total berbeda satu sama lain: Yesus, Simon seorang Farisi (bukan Simon Petrus!), si perempuan pendosa. Yesus datang diundang Simon untuk makan bersama di rumahnya. Si perempuan itu juga masuk dan mendekati Yesus, lalu membahasi  kaki-Nya dengan air matanya, yang kemudian disekanya dengan rambutnya, Ia mencium kaki Yesus dan meminyakinya dengan minyak wangi. Bagi orang Yahudi, bila orang perempuan  melepaskan ikatan rambut di kepalanya di depan umum bertentangan dengan  adat istiadat. Namun perempuan pendosa itu berani melakukannya untuk  membuktikan kasihnya kepada Yesus.

          Ternyata Yesus menerima si perempuan itu dan membiarkannya berbuat demikian. Menurut adat istiadat masyarakat perbuatan perempuan itu tidak dapat dibenarkan. Apalagi perempuan itu adalah seorang pendosa. Maka Simon, orang Farisi yang mengundang Yesus mengritik Yesus, katanya dalam hatinya: “Jika Ia (Yesus) ini nabi, tentu Ia tahu, siapakah dan orang apakah perempuan yang menjamah-Nya ini; tentu Ia tahu, bahwa perempuan itu adalah seorang berdosa”.
          Nah, dalam peristiwa itu Yesus  menggunakan kesempatan itu untuk menyampaikan Kabar Gembira, yaitu bahwa Allah adalah kasih! Atas nama Allah, Yesus tidak menghukum melainkan menerima si perempuan yang berdosa itu dengan kasih! Inilah hasil iman si perempuan yang menyelamatkannya. Yesus menanggapi kritik Simon orang Farisi itu dengan mengajukan suatu perumpamaan tentang  dua orang yang berhutang. Hutang yang satu sebesar 500 dinar, yang lain 50 dinar. Keduanya  tidak  mampu mengembalikan hutang mereka. Tetapi berkat kebaikan - lebih tepat: berkat kasihnya – kedua orang yang berhutang itu dibebaskan dari keharusan mengembalikan hutang mereka!

          Sungguh luarbiasa pertanyaan yang disampaikan Yesus kepada Simon, yang mengundang makan kepada-Nya untuk dijawabnya: Karena mereka tidak sanggup membayar, maka ia menghapuskan hutang kedua orang itu. Siapakah di antara mereka yang akan terlebih mengasihi dia” (yang meminjamkan uang)? Dengan kata lain: Siapa dari kedua orang yang berhutang itu mengasihi lebih banyak/besar/kuat orang yang membebaskan hutang mereka itu?

          Ketika perumpamaan itu dikenakan pada Simon, si Farisi, Yesus membela dan menolong si perempuan terhadap kritik farisiismenya. Isi ajaran Yesus sederhana namun benar: Barangsiapa hanya diampuni sedikit, juga sedikitlah kasih-nya! – Pesan atau ajaran Yesus ini berlaku selalu untuk segala zaman! Seorang Farisi yakin bahwa dirinya bukanlah orang pendosa, sebab ia merasa selalu taat akan dan melaksanakan hukum-hukum dalam segalanya. Padahal sebenarnya yang penting bukan ketertiban kita untuk memenuhi segala perintah Allah dan Gereja, melainkan sejauh mana kasih kita sungguh kita miliki dan menyertai serta menjiwai diri kita dalam melaksanaan hukum-hukum itu.

          Apa yang dilakukan oleh si perempuan itu dianggap Yesus sebagai kebalikan/kontras terhadap sikap orang Farisi,yang merasa hidup dan berbuat penuh damai dengan Allah. Yesus berkata kepada Simion: “Ketika Aku masuk engkau tidak memberikan Aku air untuk membasuh kaki-Ku…Tidak mencium Aku ketika Aku masuk…Engkau tidak meminyak kepala-Ku”.

          Memperhatikan semua itu, akhirnya Yesus menegaskan bahwa perempuan itu diampuni-Nya. “Imanmu telah menyelamatkan engkau,. Pergilah dengan selamat!”  Semoga kata-kata penyelamatan Yesus kepada perempuan itu, juga kita rasakan tertuju kepada kita semua.  Adapun syaratnya hanya satu: marilah kita meninggalkan sikap kaum Farisi dalam hidup dan perbuatan kita.

Mgr. FX. Hadisumarta O.Carm

kumpulan Homili Mgr. FX. Hadisumarta O.Carm

 

Diperkenankan untuk mengutip sebagian atau seluruhnya isi materi dengan mencantumkan sumber http://www.imankatolik.or.id/