Kalender Liturgi hari ini
Kitab Hukum Kanonik
No. kanon: contoh masukan no kanon: 34,479,898-906
KITAB SUCI +Deuterokanonika
: - Pilih kitab kitab, masukan bab, dan nomor ayat yang dituju
Katekismus Gereja Katolik
No. : masukkan no. katekismus yang dikehedaki, misalnya 3, 67, 834 atau 883-901

Partner Link Website
Keuskupan, Paroki & Gereja

Partner Link Website Katolik & Umum

H O M I L I
Mgr F.X Hadisumarta O.Carm

MALAM NATAL/A/2019

Yes 9:1-6; Tit 2:11-14; Luk 2:1-14;

PENGANTAR
    Perayaan Natal merupakan suatu perayaan yang mengharukan serta meng-gerakkan perasaan hati kita. Allah sudi menjadi manusia seperti kita, dan sudi dilahirkan di luar kota Betlehem, diluar tempat kediaman penduduknya. Kelahiran Almasih di palungan mengingatkan kita juga akan masih banyak anak, yang sekarang inipun harus lahir dan hidup dalam kondisi kemiskinan orang tua mereka. Mereka ini lahir dan hidup dalam kondisi yang jauh dari kelayakan hidup mereka sebagai manusia yang bermartabat penuh sama seperti kita sebagai sesama manusia.
Sungguh menggembirakan bahwa Allah sungguh sudi datang menjadi manusia seperti kita. Ia datang sebagai manusia untuk bersama dengan kita mengembalikan martabat semua orang, agar kita seperti Dia sendiri mau, bersedia dan berani saling bersikap dan berbuat kepada sesama sebagai saudara semartabat seperti diteladani oleh Yesus sendiri.

HOMILI
    

    Kita berlutut di depan palungan, di mana Yesus berbaring di kandang hewan. Sukar kita pahami bahwa Allah menjadi manusia, apalagi dengan cara yang membuktikan kasih-Nya, yang hampir mustahil dapat kita teladani! Dan Allah melaksanakan perbuatan-Nya itu bukan karena kita ini layak diperlakukan demikian, melainkan karena kasih-Nya yang tak terbatas kepada kita. Allah sesungguhnya ingin agar semua orang ciptaan-Nya mengambil bagian dalam kebahagiaan-Nya yang abadi.

    Peristiwa yang terjadi di Betlehem di tengah malam duapuluh abad yang lalu itu adalah awal perbuatan kasih, yang dilakukan Yesus terus menerus sepanjang waktu hidup-Nya yang pendek di Palestina dalam hidup-Nya. Kita semua telah dijadikan sahabat-sahabat-Nya. Maka marilah kita selalu ingat, memelihara dan melaksanakan persahabatan-Nya dengan kita itu sekarang ini juga! Solidaritas dan keadilan antar sesama manusia sebagai sahabat, - itulah pesan Natal yang tetap relevan dan aktual untuk kita wujudkan sekarang ini juga.

    Kejujuran dan ketulusan hati! Ketika Maria mulai mengandung, status hubungannya dengan Maria masih berupa pertunangan. Tetapi pertunangan bagi orang Yahudi merupakan bagian pertama proses perkawinan, yang akan membuat laki-laki menjadi suami isteri. Karena itu ketidaksetiaan dalam pertunangan sudah merupakan suatu perzinahan. Matius menulis : "Karena Yusuf suaminya adalah seorang yang tulus hati dan tidak mau mencemarkan nama isterinya di muka umum, ia bermaksud menceraikannya dengan diam-diam" (Mat 1:19).

    Untuk merayakan Natal penuh makna itu, kini terbukalah kesempatan bagi kita semua tanpa perbedaan, untuk bertanya kepada diri kita masing-masing :

    Apakah aku sungguh menyediakan tempat bagi Allah dalam hidupku di dalam hatiku?

    Ataukah hidupku terlalu penuh dengan hal-hal lain yang kuanggap lebih penting?

    Apakah hatiku hanya penuh dengan kegembiraan atau kesedihan diriku sendiri saja?

    Apakah sikap hidupku terlalu dikuasai oleh ambisi untuk kedudukan tinggi, kekuasaan, popularitasku?

    Apakah dalam hatiku tiada tempat bagi Tuhan, sehingga Ia harus mencari Betlehem yang lain?

    Sejak peristiwa di Betlehem duapuluh abad lalu, kini pun Yesus harus dapat lahir kembali di dalam hati kita! Semoga kita sekarang ini pun tetap bersedia membuka pintu hati kita dan menerima Dia dengan rela dan gembira. Bila Ia sungguh lahir kembali dalam hati kita, maka kita akan sungguh bergembira bahkan bahagia, karena bersama dan seperti Dia kita dapat membahagiakan sesama kita. Bukanlah kita bahagia bila kita dapat membahagiakan orang lain?

    Paus Emeritus Benediktus XVI pernah berkata : "Mungkin kita akan lebih mudah menyerah kepada kekuatan dan kepada kesombongan. Tetapi Kristus tidak memaksa kita menyerahkan diri kita kepada-Nya. Kristus lebih menyapa hati kita dan mengundang kesediaan kita untuk menerima kasih-Nya. Kristus telah membuat diri-Nya kecil dan sederhana, justru untuk membebaskan kita dari pelbagai pretensi atau ambisi kebesaran dan kesombongan kita. Ia, Allah, secara bebas menjadi manusia untuk membebaskan kita sepenuhnya, agar dapat mencintai Dia sepenuhnya".

    Dan Paus Emeritus Benediktus XVI juga mengajak kita berdoa kepada dua tokoh sederhana namun agung, yaitu Santa Maria dan Santo Yusuf :

    "Marilah kita mohon Santa Perawan Maria, sebagai tabernakel Sabda yang menjadi daging, dan Santo Yusuf, saksi peristiwa keselamatan tanpa berbicara, agar meneruskan kepada kita rasa batin mereka, ketika mereka menantikan kelahiran Yesus. Agar dengan demikian dalam Natal, kita penuh kegembiraan iman dan akhirnya berpuncak pada pertobatan diri dengan tulus sepenuhnhya".

Mgr. F.X. Hadisumarta O.Carm.

kumpulan Homili Mgr. FX. Hadisumarta O.Carm

Diperkenankan untuk mengutip sebagian atau seluruhnya isi materi dengan mencantumkan sumber http://www.imankatolik.or.id/