Kalender Liturgi hari ini
Kitab Hukum Kanonik
No. kanon: contoh masukan no kanon: 34,479,898-906
KITAB SUCI +Deuterokanonika
: - Pilih kitab kitab, masukan bab, dan nomor ayat yang dituju
Katekismus Gereja Katolik
No. : masukkan no. katekismus yang dikehedaki, misalnya 3, 67, 834 atau 883-901

Partner Link Website
Keuskupan, Paroki & Gereja

Partner Link Website Katolik & Umum

H O M I L I
Mgr F.X Hadisumarta O.Carm

HARI RAYA TUBUH DAN DARAH YESUS B/2012

Kel 24:3-8   Ibr 9:11-15   Mrk 14:12-16.22-26

PENGANTAR
            Setiap tahun kita merayakan Hari Raya Tubuh dan Darah Kristus. Perayaan Tubuh dan Darah Kristus sekarang ini adalah Perayaan Ekaristi, atau Korban Misa Kudus. Setiap kali kita selalu ingin memahami lebih mendalam makna Tubuh dan Darah Kristus, yang adalah Ekaristi. Kali ini kita akan berusaha memperdalam makna Ekaristi dengan merenungkan kata-kata Yesus yang diucapkan imam pada saat mengubah roti dan anggur menjadi Tubuh dan Darah Kristus, tetapi dilihat dan ditempatkan dalam konteks sosial.
Sebelum konsekrasi imam selalu mengatakan, bahwa Yesus mengambil roti dan “memecah-mecahkan roti itu”. Dan pada akhir kata-kata konsekrasi itu Yesus berkata: “Lakukanlah ini untuk mengenangkan Daku”. Marilah kita merenungkan bersama kata-kata yang diucapkan Yesus itu dalam merayakan Hari Raya Tubuh dan Darah Kristus ini.

HOMILI
            Ibadat atau Liturgi adalah suatu ungkapan hubungan bersama kita dengan Allah, tetapi sekaligus juga dengan sesama kita! Makna liturgi ini secara khusus berlaku untuk Ekaristi. Karena itu Perayaan Ekaristi harus selalu diselenggarakan dalam konteks situasi dan kondisi sosial secara konkret di mana kita berada. Ekaristi bukanlah suatu urusan pribadi atau hanya untuk keperluan sendiri belaka.
            Nabi Amos misalnya (5:21-25) dan Yesaya (1:11-17) secara tegas mengecam setiap bentuk ibadat, yang tidak ada hubungannya dengan keadaan sesama kita. Dalam kata-kata konsekrasi yang diucapkan imam dalam Misa Kudus Yesus berkata: “Lakukanlah ini untuk mengenangkan Daku”. Apa sebenarnya yang harus kita laku-kan seperti dikehendaki Yesus itu? Apakah sekadar kenangan, memori, peringatan masa lalu saja?
            Dalam melaksanakan perayaan Ekaristi imam harus mengulangi dan mengucap-kan apa yang dulu diucapkan Yesus pada waktu Ia menyelenggarakan perjamuan malam terakhir. Bukan hanya itu! Yesus minta supaya kita, imam dan segenap umat, yang menganggap dirinya murid Yesus, juga harus melakukan apa yang dilakukan-Nya sendiri, yaitu melakukan perbuatan kasih. Dan perbuatan kasih yang dilakukan Yesus iberupa pemberian diri-Nya sendiri seluruhnya.
            Memang dalam perjamuan malam, pemberian diri Yesus itu masih bersifat simbolis dan profetis (kenabian) bagaikan lambang, yaitu dalam bentuk roti dan anggur. Tetapi dalam kenyataannya roti dan anggur itu adalah Tubuh dan Darah-Nya, yang menjadi kenyataan pada hari berikutnya, yaitu tatkala Yesus mati tergantung di kayu salib di Kalvari. Itulah makna sakramen Ekaristi: walaupun dalam bentuk roti dan anggur, namun itulah diri Yesus seutuhnya! Inilah perbuatan kasih, yang harus kita lakukan untuk mengenangkan Dia! Mengenangkan Yesus berarti berbuat seperti Yesus!
            Dengan demikian merayakan Ekaristi sebenarnya berarti menunjukkan kesedia-an kita untuk berbuat kasih kepada orang lain. Itu berarti, bahwa kita harus menjadi Ekaristi bagi sesama. Kita harus sanggup menjadi roti yang dipecah-pecahkan, dibagi-bagikan dan diberikan kepada orang lain. Dengan demikian kita akan sungguh bersikap berentangan dengan Ekaristi, bila kita merayakan Ekaristi hanya dengan memikirkan kepentingan kita sendiri.
Ada hal lain, yang harus kita renungkan, yakni mengenai piala darah Kristus. Kita ingat akan Yakobus dan Yohanes, yang sebagai orang-orang muda mohon kepada Yesus melalui ibu mereka supaya diberi tempat sebagai orang penting di sisi kanan dan kiri Yesus. Yesus tidak marah, Ia hanya bertanya: “Apakah kamu dapat meminum piala (cawan), yang harus Kuminum”? – Piala itu sebenarnya adalah simbol hidup yang harus dikosongkan dari kepentingan diri sendiri demi kepentingan orang-orang lain. Khusus-nya kepentingan orang-orang kecil, miskin dan berkekurangan apapun bentuknya. Piala yang harus diambil dan diminum itu tak lain tak bukan adalah hidup, yang harus diserahkan kepada orang lain, seperti dilakukan oleh Yesus  untuk orang lain.

            Yesus tidak menghendaki Ekaristi diselenggarakan sekadar sebagai peraturan ibadat  sebagai upacara rutin (misalnya ke gereja pada hari Minggu). Upacara Perayaan Ekaristi betapapun meriahnya, di tengah gereja yang dihias dengan sangat indah, disertai nyanyian koor kelas satu, - semua itu bukan kenangan akan Kristus yang sebenarnya. Kita harus menyiapkan upacara Ekaristi sebagus, seindah dan sebaik mungkin. Namun mengenangkan Kristus hanyalah tepat dan benar, apabila perayaan Ekaristi dihayati dengan semangat dan jiwa berbagi, dengan kerelaan dan kesediaan memberikan dan mengosongkan diri kepada orang lain. Perayaan Ekaristi tidak bermakna apapun, apabila dilepaskan dari hubungannya dengan keadaan masyarakat di mana kita berada. Bila tidak demikian Gereja akan menjadi Gereja tertutup, Gereja asing, Gereja yang justru bertentangan dengan Ekaristi. Padahal Konsili Vatikan II menegaskan bahwa “Ekaristi adalah sumber dan puncak setiap hidup kristiani”. Sedangkan Paus Yohanes Paulus II menegaskan bahwa “Gereja hidup dari Ekaristi”.
            Kita dipanggil Tuhan untuk tetap setia mengikuti Yesus, yaitu untuk menjadi Ekaristi bagi sesama.

 

Mgr. F.X. Hadisumarta O.Carm.

kumpulan Homili Mgr. FX. Hadisumarta O.Carm

Diperkenankan untuk mengutip sebagian atau seluruhnya isi materi dengan mencantumkan sumber http://www.imankatolik.or.id/