Kalender Liturgi hari ini
Kitab Hukum Kanonik
No. kanon: contoh masukan no kanon: 34,479,898-906
KITAB SUCI +Deuterokanonika
: - Pilih kitab kitab, masukan bab, dan nomor ayat yang dituju
Katekismus Gereja Katolik
No. : masukkan no. katekismus yang dikehedaki, misalnya 3, 67, 834 atau 883-901

Partner Link Website
Keuskupan, Paroki & Gereja

Partner Link Website Katolik & Umum

H O M I L I
Mgr F.X Hadisumarta O.Carm

HARI MINGGU BIASA XXXII/C/2019

2 Mak 7:1-2.9-14; 2 Tes 2:16-3:5; Luk 20:27-38;

PENGANTAR
    Berhadapan dengan golongan orang Yahudi yang disebut kaum Saduki yang tidak percaya akan kebangkitan, Yesus dalam Injil Lukas menegaskan, bahwa : "Tuhan disebut Allah Abraham, Allah Ishak dan Allah Yahub. Ia bukanlah Allah orang mati, melainkan Allah orang hidup" (Luk 20:37-38). Hidup yang akan datang itu berkaitan dengan iman kita akan kebangkitan. Dan kaum Saduki itu mempersoalkan masalah tentang bagaimana nanti hubungan seorang isteri yang pernah mempunyai banyak suami, karena setiap kali tidak berhasil beranak.

HOMILI
    Masalah kaum Saduki yang disampaikan kepada Yesus tentang hidup yang akan datang, sekarang pun tetap aktual dan relevan. Kaum Farisi percaya akan kebangkitan dan akan kehidupan kelak, sedangkan kaum Saduki tidak. Bagi orang Saduki hidup manusia berakhir dengan kematiannya. Kita sebagai umat kristiani percaya akan hidup kekal kelak. Tetapi sejauh manakah kita sungguh memikirkan hal itu? Apakah kita sungguh mengarahkan penghayatan hidup kita ke sana? Bukankah kita kerapkali hanya lebih memperhatikan hidup kita sekarang ini?

    Sebenarnya kita harus yakin dan sadar, bahwa bagi kita adanya hidup kekal kelak sangat menentukan secara mendasar pengarahan sifat dan hasil hidup kita sekarang, yang terbatas ini! Bila tidak ada hidup di kemudian hari, maka kita hanya akan berusaha sebanyak-banyaknya membuat hidup kita sekarang sebahagia, semakmur, seberhasil mungkin. Dan hidup sekarang ini kita nikmati sebanyak dan sepuas mungkin! Dengan demikian harapan akan hidup kekal kelak tak banyak artinya, bahkan kita anggap sebagai menipu diri kita sendiri.

    Padahal apabila kita tahu, yakin dan sadar, bahwa bagi kita tersedia hidup kekal kelak, maka pandangan atas makna dan penghayatan hidup kita sekarang ini akan sangat berlainan. Sebagai orang beriman kita harus sadar, bahwa hidup kita di dunia ini sekarang ini adalah sementara dan bersifat sebagai suatu persiapan. Maka persiapan inilah yang akan menentukan kelak keadaan kita terakhir, yang akan dinilai dan diputuskan oleh Allah dengan ukuran-Nya yang benar dan adil. Bila hal ini kita sadari, maka seluruh sikap dasar hidup kita sehari-hari dalam perjalanan hidup kita sekarang ini akan berubah. Nah, itu tergantung dari kepercayaan kita akan masa depan kita sendiri.

    Sepintas lalu cara kaum Saduki menampilkan masalah mereka tentang kebangkitan dan kehidupan kekal kelak seolah-olah masuk akal. Tetapi dari segi lain pandangan mereka itu sebenarnya terlalu "murah" atau sangat sederhana. Masalahnya mereka ajukan seperti suatu kasus di masyarakat seperti di dunia sekarang ini saja. Kaum Saduki tidak mengenal kehidupan lain, yang berbeda dengan dari kehidupan di dunia ini. Hal-hal yang bersangkutan dengan Allah hendak ditangani sebagai masalah antara manusia di dunia ini saja. Bahkan sebenarnya mereka mau menyerang atau menurunkan martabat Yesus, yang berbicara tentang kehendak Allah. Yesus berbicara tentang dua hal, sebagai dua kenyataan yang memang berbeda, yakni tentang hidup kita sekarang di dunia ini, dan tentang hidup kita kelak di kemudian hari. Kedua ruang hidup itu berbeda dan berlainan sekali.

    Di dunia ini hanya apa yang tampaklah yang dilihat dan dimutlakkan. Tetapi Allah, Penciptanya, tidak tampak! Sedangkan di dunia lain, yakni di dalam hidup kekal yang akan datang, hanya Allah yang tampak! Dalam kemutlakan ilahi segala hal lainnya tidak berarti, tiada nilainya. Apabila orang tidak mengenal dan tidak percaya akan adanya masa kekal kelak, maka segalanya akan dilihat dan ditangani hanya secara duniawi seperti sekarang ini. Sebaliknya apabila kita percaya akan kebangkitan kita sesudah kita mati, dan percaya akan hidup kekal kelak, maka kita tidak akan terlalu mempersoalkan hal-hal, seperti diajukan oleh kaum Saduki yang mau menjatuhkan nama dan kepercayaan orang kepada Yesus sebagai Penyelamat.

    Kenyataannya Yesus menegaskan adanya hidup kekal. Allah adalah Allah yang hidup. Ia telah menciptakan kehidupan, yang tidak akan ditiadakan atau dilenyapkan-Nya. Allah mau memelihara kehidupan. Buktinya Ia membangkitkan orang mati untuk diberi kehidupan kekal. Dengan bahasa Perjanjian Lama Yesus berkata, bahwa Allah adalah Allah Abraham, Ishak dan Yakub. Artinya, bukanlah seolah-olah Allah adalah Allah di masa lampau, di mana orang-orang itu sudah tidak ada lagi. Allah bukanlah Allah orang-orang yang sudah mati! Abraham, Ishak dan Yakub sekarang pun masih hidup, tetapi mereka hidup dalam keadaan yang berlainan. Mereka menerima hidup baru dari Allah yang memeliharanya.

    Apakah pesan Injil hari ini kepada kita?

    Pesan Injil hari ini ialah bahwa percaya kepada Allah berarti juga percaya kepada kehidupan sesudah kematian. Tetapi juga berarti percaya, bahwa hidup baru atau hidup kekal memang total berlainan dengan hidup kita sekarang ini. Kita harus sadar, bahwa kita jangan menyelesaikan segala masalah hidup kita hanya dengan jawaban manusiawi belaka, melainkan juga harus dibenarkan dengan jawaban ilahi. Kita jangan hanya terbatas percaya kepada kemampuan ilmiah intelektual, tetapi juga kepada iman kita yang hidup. Allah adalah mutlak untuk dipuji dan dimuliakan, dan perbedaan sifat-sifat yang sementara di dunia ini akan lenyap.

Mgr. F.X. Hadisumarta O.Carm.

kumpulan Homili Mgr. FX. Hadisumarta O.Carm

Diperkenankan untuk mengutip sebagian atau seluruhnya isi materi dengan mencantumkan sumber http://www.imankatolik.or.id/