Kalender Liturgi hari ini
Kitab Hukum Kanonik
No. kanon: contoh masukan no kanon: 34,479,898-906
KITAB SUCI +Deuterokanonika
: - Pilih kitab kitab, masukan bab, dan nomor ayat yang dituju
Katekismus Gereja Katolik
No. : masukkan no. katekismus yang dikehedaki, misalnya 3, 67, 834 atau 883-901

Partner Link Website
Keuskupan, Paroki & Gereja

Partner Link Website Katolik & Umum

H O M I L I
Mgr F.X Hadisumarta O.Carm

HARI MINGGU BIASA XX/B/2018

Ams 9:1-6; Ef 5:15-20; Yoh 6:51-58;

PENGANTAR
    Kita sekarang ini berhimpun bersama sebagai umat kristiani untuk merayakan Ekaristi. Dalam Injilnya Yohanes berbicara tentang roti yang kita butuhkan selama menempuh perjalanan hidup kita di dunia ini menuju kepada Allah untuk bersatu dengan Dia untuk selamanya. Kita diajak secara makin mendalam untuk memahami makna Ekaristi sebagai tubuh dan darah Kristus sebagai santapan rohani, sebagai sumber kekuatan dalam hidup kita sekarang ini.

HOMILI
    Walaupun dengan cara dan gambaran yang berbeda, setiap agama mengungkapkan kerinduan manusia untuk bersatu dengan Allah. Kita sendiri pun akan merasa lebih pasti dan tenang apabila kita merasa dilindungi dan bersatu dengan Allah. Tetapi, inilah corak khusus hidup kita di dunia ini, tidak jarang kita dalam perjalaan hidup merasakan juga Tuhan berada begitu jauh. Bahkan sering sangat kering,hampa dan penuh keprihatinan dan susah payah.

    Nah, inilah yang dalam Perjanjian Lama dialami oleh Israel, umat terpilih Allah, pada waktu mereka harus mengadakan perjalanan lewat padang pasir 40 tahun. Mereka lapar dan haus, tetapi Yahwe memenuhi kebutuhan mereka itu. Mereka diberi manna, roti untuk memperkuat tenaga meneruskan perjalanan hidup mereka. Inilah pula dalam Perjanjian Baru seperti dihadapi Yesus, yang digambarkan oleh Yohanes dalam Injilnya. Mereka itu sudah ditolong, seperti beberapa kali diceriterakan dalam Injil. Mereka yang mengikut Yesus dalam perjalanan ditolong diberi makan oleh-Nya. Namun, Yesus juga menunjukkan kepada mereka, bahwa bukan hanya makanan dan minuman biasa sehari-hari yang mereka butuhkan, melainkan juga makanan dan minuman luarbiasa atau khusus sebagai sumber dan bekal hidup yang tidak akan pernah berhenti dan kering.

    Manusia memang mempunyai kelaparan dan kehausan sementara, namun juga kelaparan dan kehausan abadi. Menghadapi keadaan itulah Yesus menampilkan diri sebagai "roti dari surga". Ia diutus Bapa di surga untuk tinggal di antara kita selama hidup sekarang ini. Namun bukan hanya untuk sekadar memberikan kekuatan jasmani dengan makanan dan minuman sementara, melainkan juga makanan untuk memperoleh sumber hidup kekal yang tidak apakn pernah hilang dan kering.

    Bagi kita apa yang dilaksanakan Yesus itu terwujud dalam penerimaan Ekaristi. Ekaristi adalah intisari penghayatan iman kita sebagai umat kristiani yang sebenarnya. Di mana ada kesempatan, jangan sampai bekal hidup, yang sangat kita butuhkan untuk bersatu dengan Kristus, disia-siakan. Ekarisi adalah lambang kenyataan diri Yesus sebagai sumber hidup sejati kita. Yesus yang selalu hadir dalam tabernakel di Gereja mengundang dan menantikan kita dalam perayaan Ekaristi, untuk menerima diri-Nya sebagai tubuh dan darah-Nya.

    Artinya, kita sungguh menerima pribadi-Nya, yang pernah hidup dik dunia kita ini dengan tubuh dan darah manusiawi kita. Ia memberikan diri-Nya, mencurahkan darah-Nya demi keselamatan kita. Yesus hadir bagi dan di tengah hidup dalam Perjamuan Ekaristi, laksana sumber hidup kita yang tidak akan kering.

    Dalam misa kudus, atau perayaan Ekaristi, lewat perantaan imam, Yesus sendirilah yang hadir, untuk mempersembahkan diri sebagai korban kepada Allah Bapa. Tetapi sekaligus korban yang dipersembahkan kepada Allah, untuk dibagikan kepada umat-Nya tak lain tak bukan adalah diri-Nya sendiri, yaitu tubuh dan darah-Nya. Kristus yang satu dan utuh itu diberikan kepada kita semua.Kita yang banyak ini disatukan, menjadi satu dengan Kristus dan dengan kita semua.

    Apakah konsekuensi penerimaan Ekaristi bagi kita?

    Menerima Ekaristi jangan sampai sekadar sebagai kebiasaan, dilihat melulu sebagai suatu unsur atau bagian dalam upacara keagamaan belaka! Apabila kita menghargai diri kita sungguh sebagai orang kristiani, maka kita harus sungguh percaya bahwa menerima Ekaristi adalah menerima pribadi Yesus sendiri. Maka kita juga bersatu, menjadi satu dengan Dia. Yesus sungguh menjadi sumber hidupku. Artinya, hidupku harus merupakan hidup Yesus Kristus sendiri. Segenap sikap, hidup, kata dan perbuatanku harus kuusahakan sebagai ungkapan Atau perwujudan sikap, hidup, kata dan perbuatan Yesus sendiri. Bersatu dengan Kristus berati juga bersatu dengan sesama kita, siapapun mereka itu, yang juga menerima-Nya.

    Demikanlah, betapa mendalam dan tak terperikan makna penerimaan Ekaristi bagi kita, yang kini masih harus menempuh perjalanan hidup yang masih jauh, namun juga diberi bekal makanan dan minuman rohani, yang tidak kunjung habis! Bukan bertujuan hanya memperkuat diri kita sendiri, melainkan sekaligus saling membantu dengan sesama kita. Kasihlah intisari Ekaristi yang sebenarnya! Bukan permusuhan antar sesama, yang bersama-sama menerima Kristus yang satu dan sama. Permusuhan adalah sungguh Tidak pantas kita menerima Ekaristi, apabila masih bermusuhan dengan sesama.

 

Mgr. F.X. Hadisumarta O.Carm.

kumpulan Homili Mgr. FX. Hadisumarta O.Carm

Diperkenankan untuk mengutip sebagian atau seluruhnya isi materi dengan mencantumkan sumber http://www.imankatolik.or.id/