Kalender Liturgi hari ini
Kitab Hukum Kanonik
No. kanon: contoh masukan no kanon: 34,479,898-906
KITAB SUCI +Deuterokanonika
: - Pilih kitab kitab, masukan bab, dan nomor ayat yang dituju
Katekismus Gereja Katolik
No. : masukkan no. katekismus yang dikehedaki, misalnya 3, 67, 834 atau 883-901

Partner Link Website
Keuskupan, Paroki & Gereja

Partner Link Website Katolik & Umum

H O M I L I
Mgr F.X Hadisumarta O.Carm

HARI MINGGU ADVEN IV/A/2019

Yes 7:10-14; Rom 1:1-7; Mat 1:18-24;

PENGANTAR
    Dalam Minggu Adven terakhir ini Nabi Yesaya (Bac.I) mewartakan kedatangan Penyelamat yang disebut Imanuel. Dan dalam suratnya kepada umat di Roma Paulus menegaskan bahwa Penyelamat itu adalah dari keturunan Daud (Bac II). Akhirnya dalam Injil Matius di situ dicantumkan hal pengalaman batin St. Yusuf tentang janji Allah sendiri untuk menjadi manusia, yaitu dalam kandungan Perawan Maria (Mat 1:18-24). Kelahiran Yesus dari Bunda Perawan Maria di Betlehem yang dilindungi St. Yusuf adalah pelaksanaan kerinduan dan janji Allah yang selalu tetap setia.

HOMILI
    Matius dalam Injilnya menunjukkan, bahwa Allah sungguh berjanji untuk menyelamatkan umat manusia. Dan janji itu menjadi kenyataan dalam diri Yesus Kristus. Ceritera Injil Matius tentang kelahiran Yesus merupakan suatu kata pengantar dalam seluruh isi Injilnya. Ada 3 hal yang ingin disampaikannya kepada kita tentang kelahiran Yesus. Pertama, Bangsa Israel dihantar memasuki Tanah Perjanjian yaitu sebagai pembebasan dari dosa. Kedua, Yesus adalah istilah Yunani untuk kata Hibrani Joshua (Yahwe menyelamatkan). Ketiga, Yesus adalah Imanuel (Allah bersama dengan kita).

    Dari kekayaan alkitabiah yang terpendam di dalam Injil Matius hari ini, marilah kita memperhatikan secara khusus peranan pribadi Santo Yusuf dalam rangka kedatangan Yesus Penyelamat kita. Adany kenyataan bahwa Maria mengandung, namun tetap perawan karena berlangsung atas kekuatan kekuatan Roh Kudus, menimbulkan niat Yusuf yang sungguh jujur untuk meninggalkan Maria. Tetapi masalah sangat berat yang dihadapi itu dapat diatasinya. Berkat adanya "perintah dari Atas" Yusuf tetap bersedia menerima Maria seperti adanya. Ia mau dan bersedia menerima anak dalam kandungan yang akan dilahirkan Maria sebagai anaknya. Meskipun Yesus adalah anak Yusuf lewat adopsi sebagai anak angkat, namun sesuai dengan nubuat para nabi Almasih adalah keturunan Daud, dan Yusuf adalah keturunan Daud.

    Apa makna kenyataan yang dialami Yusuf itu bagi kita?

    Kejujuran dan ketulusan hati! Ketika Maria mulai mengandung, status hubungannya dengan Maria masih berupa pertunangan. Tetapi pertunangan bagi orang Yahudi merupakan bagian pertama proses perkawinan, yang akan membuat laki-laki menjadi suami isteri. Karena itu ketidaksetiaan dalam pertunangan sudah merupakan suatu perzinahan. Matius menulis : "Karena Yusuf suaminya adalah seorang yang tulus hati dan tidak mau mencemarkan nama isterinya di muka umum, ia bermaksud menceraikannya dengan diam-diam" (Mat 1:19).

    Tetapi Yahwe yang sejak dalam Perjanjian Lama selalu menolong dan menyelamatkan umat-Nya, gema penyelamatan-Nya ini menjadi kenyataan dalam Perjanjian Baru dalam diri Yesus Kristus. Yesus adalah Allah dan manusia, maka Allah yang mahakuasa menentukan juga jalan yang harus ditempuh oleh Putera-Nya untuk menjadi manusia. Baik keilahian/ke-Allah-an maupun kemanusian/keinsanian Yesus Kristus harus mutlak terpelihara. Dan bagi Allah tidak ada hal yang mustahil!

    Dengan latar belakang inilah kita harus juga melihat, memahami, menghargai dan menghormati peranan pribadi St.Yusuf dalam rangka Adven menyongsong Natal secara lebih utuh! Di samping Maria,Yusuf inilah menjadi teladan bagi kita semua, yang segenap sikap dasar hidupnya berlandasan pada kehendak/sabda Allah. Kepentingan Allah selalu dilihat dan dilaksanakan secara mutlak. Dan kepentingan sesama manusia pun justru sebagai konsekuensinya harus dihayati, apabila kita ingin sungguh ingin menjadi orang beriman kristiani sejati. Kejujuran dan ketulusan hati sungguh mutlak merupakan syarat keselamatan. St. Yusuf adalah teladan orang yang tulus! Sekitar 30 tahun Yusuf, meskipun hanya tukang kayu, telah berperan sebagai bapa untuk menyertai kehidupan Yesus. Tidak banyak ditulis tentang Yusuf dalam Kitab Suci. Dalam kehidupan Gereja pun tak banyak perhatian umat tertuju kepada teladan St.Yusuf. Tetapi justru dalam kesederhanannya, dalam kenyataan tidak banyak dikenal dan mendapat perhatian luar biasa, justru di situlah letak kebesaran St.Yusuf. Maka sungguh bergunalah bagi kita, dalam rangka persiapan masa Adven dan dalam merayakan Natal, kehidupan kita sebagai orang beriman katolik sejati juga disertai dengan kejujuran dan ketulusan hati St. Yusuf.

    Imanuel, Allah bersama dengan kita, adalah kerinduan hati kita paling dalam. Itulah kerinduan setiap orang. Termasuk kerinduan Maria dan Yusuf! Kedua pribadi ini dipilih Tuhan untuk memungkinkan kedatangan Imanuel itu. Marilah kita bersyukur kepada Maria dan Yusuf atas peranan dan teladan mereka. Berkat peranan mereka itulah kita diteguhkan bahwa Yesus adalah Imanuel. Hal yang dikatakan oleh Matius pada awal Injilnya : Imanuel, Allah bersama kita, diulangi dan diteguhkan kembali dalam tutupan Injilnya tersebut. Di situ Yesus bersabda : "Ketahuilah, Aku menyertai kamu senantiasa sampai kepada akhir zaman" (Mat 28:20).

Mgr. F.X. Hadisumarta O.Carm.

kumpulan Homili Mgr. FX. Hadisumarta O.Carm

Diperkenankan untuk mengutip sebagian atau seluruhnya isi materi dengan mencantumkan sumber http://www.imankatolik.or.id/