PAULUS USKUP
HAMBA PARA HAMBA
ALLAH
BERSAMA BAPA-BAPA
KONSILI SUCI
DEMI KENANGAN
ABADI
PERNYATAAN TENTANG PENDIDIKAN
KRISTEN
PENDAHULUAN
Konsili
Ekumenis ini penuh perhatian mempertimbangkan SANGAT PENTINGNYA PENDIDIKAN
dalam hidup manusia, serta dampak pengaruhnya yang makin besar atas
perkembangan masyarakat zaman sekarang[].
Memang benarlah, pendidikan kaum muda, bahkan juga semacam pembinaan
terus-menerus kaum dewasa, dalam situasi zaman sekarang menjadi lebih mudah,
tetapi sekaligus juga lebih mendesak. Sebab orang-orang makin menyadari
martabat maupun kewajiban mereka sendiri, dan ingin berperan serta makin aktif
dalam kehidupan sosial, terutama dibidang ekonomi dan politik[].
Kemajuan-kemajuan yang mengagumkan di bidang teknologi dan penelitian ilmiah,
begitu pula upaya-upaya komunikasi sosial yang baru, membuka peluang bagi
khalayak ramai, yang acap kali mempunyai lebih banyak waktu bebas dari
kesibukan-kesibukan, untuk dengan lebih mudah memanfaatkan harta warisan rohani
dan budaya, dan untuk saling memperkaya melalui jaringan hubungan antar
kelompok maupun antar bangsa yang lebih erat.
Oleh karena itu dimana-mana berlangsunglah
usaha-usaha untuk makin meningkatkan mutu karya pendidikan. Hak-hak asasi
manusia, khususnya anak-anak serta orang tua, atas pendidikan dinyatakan dan
dikukuhkan dengan dokumen-dokumen resmi[].
Menanggapi pesatnya laju pertambahan jumlah para siswa, dimana-mana
sekolah-sekolah berlipatganda dan meningkat mutu, serta diciptakan
lembaga-lembaga pendidikan lainnya. Metode-metode pendidikan dan pengajaran
dikembangkan melalui eksperimen-eksperimen baru. Usaha-usaha yang sangat
berarti dijalankan untuk menyediakan segalanya bagi semua orang, sungguhpun
anak-anak dan kaum muda masih banyak sekali, dan bahkan belum mendapat
pendidikan dasar pun, dan masih sekian banyak orang lainnya belum menikmati
pendidikan yang memadai, dan sekaligus memungkinkan usaha mencari kebenaran
serta mengembangkan cinta kasih.
Adapun untuk melaksanakan perintah
Pendirinya yang ilahi, yakni mewartakan misteri keselamatan kepada semua orang
yang membaharui segalanya dalam Kristus, Bunda Gereja yang kudus, wajib
memelihara perihidup manusia seutuhnya, juga didunia ini, sejauh berhubungan
dengan panggilan sorgawinya[].
Maka Gereja berperan serta dalam pengembangan dan perluasan pendidikan. Oleh
sebab itu Konsili suci menetapkan berbagai prinsip dasar tentang pendidikan
kristen, khususnya disekolah-sekolah. Prinsip-prinsip itu masih perlu
dijabarkan oleh panitia khusus sesudah Konsili, dan diterapkan pada pelbagai
situasi daerah-derah oleh Konferensi-Konferensi para uskup.
- (Hak semua orang atas pendidikan)
Semua orang
dari suku, kondisi atau usia manapun juga, berdasarkan martabat mereka selaku
pribadi mempunyai hak yang tak dapat diganggu gugat atas pendidikan[],
yang cocok dengan tujuan[]
maupun sifat-perangai mereka, mengindahkan perbedaan jenis, serasi dengan
tradisi-tradisi kebudayaan serta para leluhur, sekaligus juga terbuka bagi
persekutuan persaudaraan dengan bangsa-bangsa lain, untuk menumbuhkan kesatuan
dan damai yang sejati di dunia. Tujuan pendidikan dalam arti sesungguhnya
ialah: mencapai pembinaan pribadi manusia dalam perspektif tujuan terakhirnya
demi kesejahteraan kelompok-kelompok masyarakat, mengingat bahwa manusia
termasuk anggotanya, dan bila sudah dewasa ikut berperan menunaikan tugas
kewajibannya.
Maka dengan memanfaatkan kemajuan
ilmu-pengetahuan psikologi, pedagogi dan didaktik, perlulah anak-anak dan kaum
remaja dibantu untuk menumbuhkan secara laras-serasi bakat-pembawaan fisik,
moral dan intelektual mereka. Dengan demikian mereka setapak demi setapak akan
mencapai kesadaran bertanggungjawab yang kian penuh, dan kesadaran itu akan
tampil dalam usaha terus menerus untuk dengan saksama mengembangkan hidup
mereka sendiri. Sambil mengatasi hambatan-hambatan dengan kebesaran jiwa dan
ketabahan hati, mereka akan mencapai kebebasan yang sejati. Hendaklah seiring
dengan bertambahnya umur mereka menerima pendidikan seksualitas yang bijaksana.
Kecuali itu hendaknya mereka dibina untuk melibatkan diri dalam kehidupan
sosial sedemikian rupa, sehingga dibekali upaya-upaya seperlunya yang sungguh
menunjang, mereka mampu berintegrasi secara aktif dalam pelbagai kelompok rukun
manusiawi, makin terbuka berkat pertukaran pandangan dengan saksama, dan dengan
sukarela ikut mengusahakan peningkatan kesejahteraan umum.
Begitu pula Konsili suci menyatakan, bahwa
anak-anak dan kaum remaja berhak didukung, untuk belajar menghargai dengan
suara hati yang lurus nilai-nilai moral, serta dengan tulus menghayatinya
secara pribadi, pun juga untuk makin sempurna mengenal serta mengasihi Allah.
Maka dengan sangat Konsili meminta, supaya siapa saja yang menjabat kepemimpinan atas bangsa-bangsa atau
berwewenang dibidang pendidikan,
mengusahakan supaya jangan sampai generasi muda tidak terpenuhi haknya
yang asasi itu. Konsili menganjurkan, supaya putera-puteri Gereja dengan jiwa
yang besar menyumbangkan jerih-payah mereka diseluruh bidang pendidikan,
terutama dengan maksud, agar buah hasil pendidikan dan pengajaran sebagaimana
mestinya selekas mungkin terjangkau oleh siapa pun diseluruh dunia[].
- (Pendidikan kristen)
Berkat
kelahiran kembali dari air dan Roh Kudus umat kristen telah menjadi ciptaan
baru[],
serta disebut dan memang menjadi putera-puteri Allah. Maka semua orang kristen
berhak menerima pendidikan kristen. Pendidikan itu tidak hanya bertujuan
pendewasaan pribadi manusia seperti telah diuraikan, melainkan terutama hendak
mencapai, supaya mereka yang telah dibabtis langkah demi langkah makin mendalami
misteri keselamatan, dan dari hari ke hari makin menyadari kurnia iman yang
telah mereka terima; supaya mereka belajar bersujud kepada Allah Bapa dalam Roh
dan kebenaran (lih. Yoh 4:23), teutama dalam perayaan Liturgi; supaya mereka
dibina untuk mengahayati hidup mereka sebagai manusia baru dalam kebenaran dan
kekudusan yang sejati (Ef 4:22-24); supaya dengan demikian mereka mencapai
kedewasaan penuh, serta tingkat pertumbuhan yang sesuai dengan kepenuhan
Kristus (lih. Ef 4:13), dan ikut serta mengusahakan pertumbuhan Tubuh Mistik.
Kecuali itu hendaklah umat beriman menyadari panggilan mereka, dan melatih diri
untuk memberi kesaksian tentang harapan yang ada dalam diri mereka (lih. 1Ptr
3:15) serta mendukung perubahan dunia menurut tata-nilai kristen. Demikianlah
nilai-nilai kodrati akan ditampung dalam perspektif menyeluruh manusia yang
telah ditebus oleh kristus, dan merupakan sumbangan bagi kesejahteraan segenap
masyarakat[]. Oleh
karena itu Konsili ini mengingatkan kepada para Gembala jiwa-jiwa akan
kewajiban mereka yang amat berat untuk mengusahakan segala sesuatu, supaya
seluruh umat beriman menerima pendidikan kristen, terutama angkatan muda yang
merupakan harapan Gereja[].
- (Mereka yang bertanggung jawab atas pendidikan)
Karena orang
tua telah menyalurkan kehidupan kepada anak-anak, terikat kewajiban amat berat
untuk mendidik anak mereka. Maka orang tualah yang harus diakui sebagai
pendidik mereka yang pertama dan utama[].
Begitu pentinglah tugas mendidik itu, sehingga bila diabaikan, sangat sukar
pula dapat dilengkapi. Sebab merupakan kewajiban orang tua: menciptakan
lingkungan keluarga, yang diliputi semangat bakti kepada Allah dan kasih sayang
terhadap sesama sedemikian rupa, sehingga menunjang keutuhan pendidikan pribadi
dan sosial anak-anak mereka. Maka keluarga itulah lingkungan pendidikan pertama
keutamaan-keutamaan sosial, yang dibutuhkan oleh setiap masyarakat. Adapun
terutama dalam keluaraga kristen, yang diperkaya dengan rahmat serta kewajiban
Sakramen Perkawinan, anak-anak sudah sejak dini harus diajar mengenal Allah
serta berbakti kepada-Nya dan mengasihi sesama, seturut iman yang telah mereka
terima dalam Baptis. Disitulah anak-anak menemukan pengalaman pertama
masyarakat manusia yang sehat serta Gereja. Melalui keluargalah akhirnya mereka
lambat-laun diajak berintegrasi dalam masyarakat manusia dan umat Allah. Maka
hendaklah para orang tua menyadari, betapa pentinglah keluarga yang sungguh
kristen untuk kehidupan dan kemajuan umat Allah sendiri[].
Tugas menyelenggarakan pendidikan, yang
pertama-tama menjadi tanggung jawab keluarga, memerlukan bantuan seluruh
masyarakat. Oleh sebab itu, disamping hak-hak orang tua serta mereka, yang oleh
orangtua diserahi peran serta tugas dalam mendidik, masyarakatpun mempunyai
kewajiban-kewajiban dan hak-hak tertentu, sejauh merupakan tugas wewenangnya
untuk mengatur segala-sesuatu yang diperlukan bagi kesejahteraan umum di dunia
ini. Termasuk tugasnya: dengan pelbagai cara memajukan pendidikan generasi
muda; misalnya: melindungi kewajiban maupun hak-hak para orangtua serta
pihak-pihak lain, yang memainkan peranan dalam pendidikan, dan membantu mereka:
sesuai dengan prinsip subsidiaritas melengkapi karya pendidikan, bila
usaha-usaha para orangtua dan kelompok-kelompok lain tidak memadai, tetapi dengan
mengindahkan keinginan-keinginan para orangtua; kecuali itu, sejauh dibutuhkan
bagi kesejahteraan umum, mendirikan sekolah-sekolah dan lembaga-lembaga
pendidikan[].
Akhirnya secara istimewa pendidikan
termasuk tugas Gereja, bukan hanya masyarakat pun harus diakui kemampuannya
menyelenggarakan pendidikan, melainkan terutama karena Gereja bertugas
mewartakan jalan keselamatan pada semua orang, menyalurkan kehidupan kristus
kepada umat beriman, serta tiada hentinya penuh perhatian membantu mereka,
supaya mampu meraih kepenuhan kehidupan itu[].
Jadi bagi para putera-puteri Gereja selaku Bunda wajib menyelenggarakan
pendidikan, supaya seluruh hidup mereka diresapi oleh semangat Kristus. Lagi
pula Gereja menyumbangkan bantuannya kepada semua bangsa, untuk mendukung
penyempurnaan pribadi manusia seutuhnya, juga demi kesejahteraan masyarakat
dunia, dan demi pembangunan dunia sehingga menjadi makin manusiawi[].
- (Aneka upaya untuk melayani pendidikan kristen)
Dalam
menunaikan tugasnya dibidang pendidikan, Gereja memang memperhatikan segala
upaya yang mendukung, tetapi terutama mengusahakan upaya-upaya yang khas
baginya. Diantaranya yang utama ialah pendidikan kateketis[],
yang menyinari dan meneguhkan iman, menyediakan santapan bagi hidup menurut
semangat kristus, mengantar kepada partisipasi yang sadar dan aktif dalam
Misteri Liturgi[],
dan menggairahkan kegiatan merasul. Gereja sangat menghargai dan berusaha
meresapi dengan semangatnya serta mengangkat upaya-upaya lainnya juga, yang
termasuk harta warisan bersama umat manusia, dan yang cukup besar maknanya
untuk mengembangkan jiwa dan membina manusia, dan yang cukup besar maknanya
untuk mengembangkan jiwa dan membina manusia, misalnya upaya
komunikasi-komunikasi sosial[],
banyak kelompok-kelompok yang bertujuan mengembangkan badan dan jiwa,
himpunan-himpunan kaum muda, dan terutama sekolah-sekolah.
- (Pentingnya sekolah)
Diantara segala
upaya pendidikan sekolah mempunyai makna yang istimewa[].
Sementara terus-menerus mengembangkan daya kemampuan akalbudi, berdasarkan
misinya sekolah menumbuhkan kemampuan memberi penilaian yang cermat,
memperkenalkan harta warisan budaya yang telah dihimpun oleh generasi-gerasi
masa silam, meningkatkan kesadaran akan tata nilai, menyiapkan siswa untuk
mengelola kejuruan tertentu, memupuk rukun persahabatan antara para siswa yang
beraneka watak-perangai maupun kondisi hidupnya, dan mengembangkan sikap saling
memahami. Kecuali itu sekolah merupakan bagaikan suatu pusat kegiatan kemajuan,
yang serentak harus melibatkan keluarga-keluarga, para guru, bermacam-macam
perserikatan yang memajukan hidup berbudaya, kemasyarakatan dan keagamaan,
masyarakat sipil dan segenap keluarga manusia.
Maka sungguh indah tetapi berat jugalah
panggilan mereka semua, yang untuk membantu para orang tua menunaikan kewajiban
mereka sebagai wakil-wakil masyarakat, sanggup menjalankan tugas kependidikan
disekolah-sekolah. Panggilan itu memerlukan bakat-bakat khas budi maupun hati,
persiapan yang amat saksama, kesediaan tiada hentinya untuk membaharui dan menyesuaikan
diri.
- (Kewajiban dan hak-hak orang tua)
Orangtualah
yang pertama-tama mempunyai kewajiban dan hak yang pantang diganggu gugat untuk
mendidik anak-anak mereka. Maka sudah seharusnyalah mereka sungguh-sungguh
bebas dalam memilih sekolah-sekolah. Maka pemerintah, beserta kewajibannya
melindungi dan membela kebebasan para warga negara, sambil mengindahkan
keadilan dan pemerataan, wajib mengusahakan, supaya subsidi-subsidi negara
dibagikan sedemikian rupa, sehingga para orang tua mampu dengan kebebasan
sepenuhnya memilihkan bagi anak-anak mereka sekolah-sekolah menurut suara hati
mereka[].
Pada umumnya termasuk fungsi negara
mengusahakan, supaya semua warganya berpeluang melibatkan diri dalam hidup
berbudaya sebagaimana mestinya, dan menjalani persiapan selayaknya untuk
menunaikan tugas-kewajiban serta menggunakan hak-hak mereka selaku warga
negara. Maka negara sendiri wajib menjamin hak anak-anak atas pendidikan
sekolah yang memadai, mengawasi kemampuan para guru serta menjaga mutu studi,
memperhatikan kesehatan para murid, dan pada umumnya meningkatkan seluruh sistem
persekolahan, sambil menerapkan prinsip subsidiaritas, dan karena itu dengan
menghindari segala macam monopoli persekolahan. Sebab monopoli itu bertentangan
dengan hak-hak asasi pribadi manusia, kemajuan serta pemerataan kebudayaan
sendiri juga, kehidupan bersama para warganegara dalam damai, serta
kemacam-ragaman yang sekarang ini berlaku di banyak masyarakat[].
Konsili suci mendorong umat beriman,
supaya rela memberi bantuan untuk menemukan metode-metode pendidikan serta sistem
pengajaran yang cocok, dan untuk pembinaan guru-guru yang mampu mendidik kaum
muda seperti semestinya, begitu pula untuk dengan bantuan mereka – terutama
melalui perserikatan orangtua – ikut menopang seluruh peranan sekolah dan
terutama penyelenggaraan pendidikan moral[].
- (Pendidikan moral dan kegamaan di sekolah)
Selain itu
Gereja menyadari sangat beratnya kewajibannya untuk dengan tekun mengusahakan
pendidikan moral dan keagamaan semua putera-puterinya. Maka Gereja harus hadir
dengan kasih-keprihatinan serta bantuannya yang istimewa bagi sekian banyak
siswa, yang menempuh studi di sekolah-sekolah bukan katolik. Kehadirannya itu
hendaklah dinyatakan baik melalui kesaksian hidup mereka yang mengajar dan
membimbing siswa-siswi itu, melalui kegiatan kerasulan sesama siswa[],
maupun terutama melalui pelayanan para imam dan kaum awam, yang menyampaikan
ajaran keselamatan kepada mereka, dan yang memberi pertolongan rohani kepada
mereka melalui berbagai usaha yang tepat guna dengan situasi setempat dan
semasa..
Oleh Konsili para orangtua diingatkan akan
kewajiban mereka yang berat, untuk menyelenggarakan atau juga menuntut apa saja
yang diperlukan, supaya anak-anak mereka mendapat kemudahan-kemudahan itu, dan
mengalami kemajuan dalam pembinaan kristen, yang serasi dengan pendidikan
profan mereka. Kecuali itu Gereja memuji para penguasa dan masyarakat sipil,
yang dengan mengindahkan kemajemukan masyarakat zaman sekarang serta menjamin
kebebasan beragama sebagaimana wajarnya, menolong keluarga-keluarga, supaya
pendidikan anak-anak disemua sekolah dapat diselenggarakan seturut
prinsip-prinsip moral dan religius yang dianut oleh keluarga-keluarga itu
sendiri[].
- (Sekolah-sekolah katolik)
Kehadiran
Gereja di dunia persekolahan secara khas nampak melalui sekolah katolik. Tidak
kurang dari sekolah-sekolah lainnya, sekolah katolik pun mengejar tujuan-tujuan
budaya dan menyelenggarakan pendidikan manusiawi kaum muda. Tetapi ciri khasnya
ialah menciptakan lingkungan hidup bersama di sekolah, yang dijiwai oleh
semangat Injil kebebasan dan cinta kasih, dan membantu kaum muda, supaya dalam
mengembangkan kepribadian mereka sekaligus berkembang sebagai ciptaan baru,
sebab itulah mereka, karena menerima Baptis. Termasuk ciri sekolah katolik
pula, mengarahkan seluruh kebudayaan manusia akhirnya kepada pewartaan
keselamatan, sehingga pengetahuan yang secara berangsur-angsur diperoleh para
siswa tentang dunia, kehidupan dan manusia disinari oleh terang iman[].
Demikianlah sekolah katolik, sementara sebagaimana harusnya membuka diri bagi
kemajuan dunia modern, mendidik para siswanya untuk dengan tepat-guna
mengembangkan kesejahteraan masyarakat di dunia, serta menyiapkan mereka untuk
pengabdian demi meluasnya Kerajaan Allah, sehingga dengan memberi teladan hidup
merasul mereka menjadi bagaikan ragi keselamatan bagi masyarakat luas.
Karena sekolah katolik dapat memberi
sumbangan begitu besar kepada umat Allah untuk menunaikan misinya dan menunjang
dialog antara Gereja dan masyarakat yang menguntungkan kedua pihak, maka juga
bagi situasi kita sekarang ini tetap penting sekali. Oleh karena itu Konsili
ini sekali lagi mengulangi pernyataan, bahwa – seperti berkali-kali telah
ditetapkan dalam dokumen-dokumen Magisterium[]
– Gereja berhak secara bebas mendirikan dan mengurus segala macam sekolah pada
semua tingkat. Sementara itu Konsili mengingatkan juga, bahwa pelaksanaan hak
itu merupakan dukungan kuat sekali untuk melindungi kebebasan suara hati serta
hak-hak para orangtua, lagi pula banyak menunjang kemajuan kebudayaan sendiri.
Hendaknya para guru menyadari, bahwa
terutama peranan merekalah yang menentukan bagi sekolah katolik, untuk dapat
melaksanakan rencana-rencana dan usaha-usahanya[].
Maka dari itu hendaklah mereka sungguh-sungguh disiapkan, supaya membawa bekal
ilmu-pengetahuan profan maupun keagamaan yang dikukuhkan oleh ijazah-ijazah
semestinya, dan mempunyai kemahiran mendidik sesuai dengan penemuan-penemuan
zaman modern. Hendaklah cinta kasih menjadi ikatan mereka timbal balik dengan para
siswa, dan mereka dijiwai oleh semangat merasul. Dengan demikian hendaknya
mereka memberi kesaksian tentang Kristus Sang Guru satu-satunya melalui
perihidup dan tugas mereka mengajar. Hendaknya mereka tahu bekerja sama,
terutama dengan para orangtua. Bersama orangtua hendaklah para guru dalam
seluruh pendidikan memperhatikan perbedaan jenis serta panggilan khas pria
maupun wanita dalam keluarga dan masyarakat, seperti telah ditetapkan oleh
Penyelenggaraan ilahi. Hendaknya mereka berusaha membangkitan pada para siswa
kemampuan bertindak secara pribadi, dan juga sesudah para siswa tamat sekolah
hendaklah para guru tetap mendampingi mereka dengan nasehat-nasehat, sikap
bersahabat, pun melalui himpunan-himpunan yang bertujuan khusus dan bernafaskan
semangat gerejawi yang sejati. Konsili menyatakan, bahwa pelayanan para guru
itu sungguh-sungguh merupakan kerasulan, yang memang perlu dan benar-benar
menanggapi kebutuhan zaman sekarang, sekaligus juga pengabdian yang sejati kepada masyarakat. Konsili
mengingatkan para orang tua katolik akan keajiban mereka, untuk bilamana dan
dimana pun mungkin menyekolahkan anak-anak mereka di sekolah-sekolah katolik,
sekedar kemampuan mereka menanggung kelangsungannya, dan bekerja sama dengannya
demi kepentingan anak-anak[].
- (Berbagai macam sekolah katolik)
Hendaknya semua
sekolah, yang bagaimana pun bernaung pada gereja, sedapat mungkin membentuk
diri menurut citra sekolah katolik itu, sungguhpun sesuai dengan berbagai
situasi setempat sekolah katolik dapat mengenakan aneka bentuk pula[].
Jelas jugalah Gereja memandang sangat berharga sekolah-sekolah katolik,
terutama didaerah Gereja-Gereja yang masih muda, yang menampung siswa-siswa
bukan katolik juga.
Pada umumnya dalam mendirikan dan mengurus
sekolah-sekolah katolik hendaknya kebutuhan-kebutuhan zaman yang makin maju
sungguh ditanggapi. Oleh sebab itu memang tetap harus dikembangkan
sekolah-sekolah tingkat dasar dan menengah, yang meletakkan dasar-dasar
pendidikan; tetapi patut dihargai juga sekolah-sekolah, yang secara khas
dibutuhkan dalam situasi sekarang, misalnya apa yang disebut sekolah-sekolah
kejuruan[] dan
teknik, lembaga-lembaga bagi pembinaan kaum dewasa, pengembangan
bantuan-bantuan sosial, serta penampungan para penyandang cacat yang memerlukan
pelayanan istimewa, begitu pula sekolah-sekolah untuk mempersiapkan guru-guru
pendidikan agama dan untuk bentuk-bentuk pendidikan lainnya.
Konsili suci dengan sangat menganjurkan
kepada para Gembala Gereja dan segenap umat beriman, supaya tanpa melewatkan
pengorbanan manapun membantu sekolah-sekolah katolik, untuk semakin sempurna
menjalankan tugasnya, dan terutama untuk menanggapi kebutuhan-kebutuhan mereka,
yang miskin harta duniawi, atau hidup tanpa bantuan atau kasih sayang keluarga,
atau masih jauh dari kurnia iman.
- (Fakultas dan universitas katolik)
Begitu pula
sekolah-sekolah tingkat lebih tinggi, terutama universitas-universitas dan
fakultas-fakultas, dari pihak Gereja mendapat perhatian yang istimewa. Bahkan
Gereja menghendaki, supaya diperguruan-perguruan yang bernaung padanya secara
laras terpadu masing-masing bidang ilmu dikembangkan menurut asas-asasnya
sendiri, dengan metodenya sendiri, dan dengan kebebasan penelitian ilmiah
sedemikian rupa, sehingga ilmu-pengetahuan di bidang-bidang itu kian hari makin
mendalam, dan – sementara diperhatikan secermat mungkin masalah-persoalan serta penyelidikan-penyelidikan aktual di
zaman modern ini – hendaknya disadari secara lebih mendalam, bagaimana iman dan
akalbudi berpadu mencari kebenaran yang tunggal, dan diikuti jejak-jejak para
Pujangga Gereja, terutama S. Tomas Akuino[].
Begitulah hendaknya terwujudkan kehadiran visi kristen secara publik,
terus-menerus dan universal, dalam seluruh usaha untuk meningkatkan mutu
kebudayaan. Pun hendaknya para mahasiswa perguruan-perguruan itu dibina menjadi
tokoh-tokoh yang benar-benar unggul ilmu-pengetahuannya, siap-siaga untuk
menunaikan kewajiban-kewajiban yang cukup berat dalam masyarakat, dan menjadi
saksi-saksi iman di dunia[].
Di universitas-universitas katolik, yang
tidak mempunyai fakultas teologi, hendaknya diadakan Lembaga atau Mimbar
Teologi, yang menyelenggarakan kuliah-kuliah yang juga disesuaikan dengan kaum
awam. Karena ilmu-pengetahuan mengalami kemajuan terutama berkat
penelitian-penelitian khas yang bermutu ilmiah lebih tinggi, hendaknya di
universitas-universitas dan fakultas-fakultas katolik terutama dikembangkan
lembaga-lembaga, yang pertama-tama berfungsi memajukan penelitian ilmiah.
Konsili sangat menganjurkan, supaya
universitas-universitas dan fakultas-fakultas katolik, yang hendaknya
diselenggarakan secara cukup merata di pelbagai kawasan dunia, tetap
dikembangkan, tetapi sedemikian rupa, sehingga tidak menonjol karena jumlahnya,
melainkan karena mutu perkuliahannya. Hendaknya perguruan-perguruan itu mudah
terbuka bagi para mahasiswa yang memberi harapan lebih besar, kendati
kondisinya kurang menguntungkan, terutama bagi mereka yang berasal dari
negara-negara yang masih muda.
Untung-malang masyarakat dan gereja
sendiri berhubungan erat sekali dengan kemajuan generasi muda yang menempuh
studi tingkat lebih tinggi[].
Maka hendaknya para Gembala Gereja jangan hanya menyediakan reksa pastoral
paroki intensif bagi hidup rohani para mahasiswa universitas katolik saja.
Terdorong oleh keprihatinan akan pembinaan rohani semua putera-puteri mereka,
dan berdasarkan musyawarah yang seyogyanya diadakan antara para Uskup,
hendaklah mereka mengusahakan, supaya juga disekitar universitas-universitas
bukan katolik terdapat asrama-asrama serta pusat-pusat universiter katolik;
disitu hendaknya imam-imam, para religius dan kaum awam, yang dipilih dan
disiapkan dengan cermat, memberi pelayanan rohani dan ilmiah yang tetap kepada
generasi muda di lingkup universitas. Kaum muda yang berbakat lebih tinggi
dilingkungan universitas katolik atau universitas lain, yang nampak cocok untuk
menjadi dosen atau menjalankan penelitian-penelitian, hendaknya diusahakan
perkembangannya secara istimewa, dan diarahkan untuk menunaikan tugas mengajar.
- (Fakultas teologi)
Gereja menaruh
harapan amat besar atas kegiatan fakultas-fakultas teologi[].
Sebab kepada fakultas-fakultas itulah Gereja mempercayakan tugas yang berat
sekali, yakni menyiapkan para mahasiswanya bukan saja untuk pelayanan imam,
tetapi terutama untuk mengajar dilembaga-lembaga studi gerejawi tingkat tinggi,
untuk mengembangkan berbagai bidang ilmu atas jerih-payah mereka sendiri, dan
menangani tugas-tugas kerasulan intelektual yang lebih berat. Termsuk tugas
fakultas-fakultas itu sendiri: mengadakan penelitian-penelitian lebih mendalam
di pelbagai bidang teologi, sehingga tercapailah pengertian yang makin mendalam
tentang Perwahyuan Roh Kudus, makin penuh terbukalah pusaka kebijaksanaan
kristen warisan para leluhur, makin berkembanglah dialog dengan saudara-saudari
yang terpisah dan dengan umat beragama lain, dan masalah-persoalan yang timbul
dari kemajuan ilmu-pengetahuan mendapat jawabannya[].
Maka hendaklah fakultas-fakultas gerejawi
pada saatnya meninjau kembali Anggaran Dasarnya, secara intensif mengembangkan
teologi serta ilmu-ilmu yang berkaitan dengannya, dan dengan memanfaatkan
metode-metode serta upaya-upaya yang mutakhir pula, membina para mahasiswanya
untuk tetap melanjutkan penelitian-penelitian.
- (Koordinasi di bidang persekolahan)
Kerja sama,
yang pada tingkat keuskupan, nasional maupun internasional dari hari ke hari
makin mendesak dan makin tepat guna, sangat perlu juga di dunia persekolahan.
Oleh sebab itu hendaklah diusahakan sedapat mungkin, supaya antara
sekolah-sekolah katolik koordinasi makin dipererat, begitu pula dikembangkan
kerja sama antara sekolah-sekolah katolik dan sekolah-sekolah lainnya. Kerja
sama itu dibutuhkan demi kesejahteraan segenap masyarakat[].
Berkat koordinasi dan kerja sama yang
lebih erat itu, terutama dikalangan lembaga-lembaga akademis, akan diperbuahkan
hasil-hasil yang lebih melimpah. Maka hendaklah disetiap universitas berbagai
fakultas saling membantu, sejauh kekhususan masing-masing mengijinkannya.
Universitas-universitas sendiri hendaknya berpadu maksud dan menjalin kerja sama,
dengan bersama-sama menyelenggarakan kongres-kongres internasional, saling
berbagi tugas dibidang penelitian ilmiah, mengadakan pertukaran hasil-hasil
penelitian, mengusahakan pertukaran dosen-dosen untuk sementara waktu, dan
mendukung usaha-usaha lain, yang dapat meningkatkan kerja sama.
PENUTUP
Konsili dengan
sangat mendorong angkatan muda, supaya menyadari keluhuran tugas mendidik, dan
menyediakan diri untuk dengan kebesaran jiwa menerima tugas itu, terutama
didaerah-daerah, yang kekurangan guru, sehingga pendidikan kaum muda menghadapi
krisis.
Konsili menyatakan syukur terima kasih
sebesar-besarnya kepada imam-imam, para religius pria maupun wanita, dan kaum
awam, yang dengan dedikasi injili membaktikan diri dalam karya luhur pendidikan
dan persekolahan di pelbagai jenis dan pada berbagai tingkat. Konsili mengajak
mereka, supaya tetap bertahan dengan kebesaran jiwa dalam tugas yang mereka
jalankan, lagi pula supaya dalam meresapkan semangat Kristus di hati para
siswa, dalam keahlian mendidik, dan dalam menekuni ilmu-pengetahuan berusaha
menjadi unggul sedemikian rupa, sehingga mereka bukan melulu mendukung
pembaharuan intern Gereja, melainkan mempertahankan serta meningkatkan
kehadiran Gereja yang dermawan terutama didunia ilmu pengetahuan zaman sekarang.
Semua dan masing-masing pokok, yang telah diuraikan dalam
Pernyataan ini, berkenan kepada para Bapa Konsili suci. Dan kami, atas kuasa
Rasuli yang oleh Kristus diserahkan kepada Kami, dalam Roh Kudus menyetujui,
memutuskan dan menetapkan itu semua bersama dengan para Bapa yang terhormat,
lagi pula memerintahkan, agar segala sesuatu yang dengan demikian telah
ditetapkan dalam Konsili, dimaklumkan secara resmi demi kemuliaan Allah.
Roma, di gereja Santo
Petrus, tanggal 28 bulan Oktober tahun 1965.
Saya
PAULUS
Uskup
Gereja katolik
(Menyusul tanda tangan para Bapa Konsili)