PENGANTAR
Kitab suci yang kita dengar hari ini sungguh bagus dan penuh makna. Bacaan 1 mengambarkan betapa besar kasih Allah kepada manusia bagaikan kasih suami kepada isterinya. Dalam bacaan II Paulus menekankan, bahwa kita semua diberi “rupa-rupa karunia, tetapi hanya ada satu roh”, “ rupa-rupa pelayanan, tetapi hanya ada satu Tuhan”, dan semua itu “untuk kepentingan bersama”. Dan dalam Injilnya Yohanes mau menunjukkan bahwa apa yang terjadi dalam perkawinan di Kana, adalah suatu gambaran tentang komunitas kristiani ideal, karena Yesus dan Maria hadir dan berperan di dalamnya.
HOMILI
Perkawinan adalah suatu peristiwa penting dalam hidup manusia. Di situlah terungkap hubungan kasih paling mendalam di antara dua manusia: suami dan isteri. Seperti diungkapkan dalam Bacaan pertama: Sikap Allah terhadap Israel, umat terpilih-Nya, diumpamakan sebagai sikap kasih suami terhadap isteri-nya. Dan dalam Injil hari ini Yohanes ingin menunjukkan kepada kita, bahwa pesta perkawinan di Kana yang diceritakannya sungguh membahagiakan dan terberkati, Mengapa? Karena Yesus dan Maria bahkan murid-murid-Nya pun ikut hadir ! Apa artinya?
Perkawinan begitu dihargai oleh Gereja, bahkan diangkat menjadi sakramen. Dengan demikian perkawinan dihubungkan dengan Allah, yakni dalam hubungannya melalui Yesus Kristus. Dengan latar belakang ini, di dalam ceritera tentang perkawinan di Kana itu ditunjukkan peranan dua orang tokoh penting yang harus hadir dalam setiap komunitas umat kristiani : Yesus dan Maria
Pertama: Maria hadir dalam perkawinan itu. Maria telah melahirkan Yesus sebagai manusia penyelamat. Dan ketika Yesus bergaul dan tampil di depan umum, dan kali ini pada pesta perkawinan di kana, Maria juga hadir meskipun secara tidak menyolok. Ia mohon Yesus puteranya untuk menolong dan menggembirakan hati orang-orang yang hadir. Ia mohon kepada yesus, supaya ia menolong mereka. Meskipun tidak secara langsung, permohonannya akhirnya dikabulkanNya juga. Maria hanya mengatakan kepada pelayan-pelayan: “Lakukanlah segala sesuatu, yang akan diperintahkan kepadamu”. Di sini sungguh tampak kepekaan kasih keibuan Maria dalam menghadapi situasi sesama. Ia bukan tampil secara menyolok dan mudah dlihat orang, melainkan secara sederhana, nyaris diketahui orang, namun nyata dan terlibat di dalamnya.
Kedua : Yesus hadir dalam Pesta perkawinan itu. Tetapi bukan sekadar resmi memenuhi undangan, melainkan juga ikut berbuat riil nyata untuk menggembirakan suasana perkawinan itu. Ia tidak ingin mempopulerkan diri dengan memperlihatkan kemampuan-Nya mengadakan mukjizat, yakni menyediakan anggur kelas satu sejak permulaan. Tetapi ternyata Yesus memperlihatkan kebapaan dan kepemimpinan-Nya yang sejati. Yesus menghormati setiap orang. Ia membiarkan setiap orang berbuat sesuai dengan kehendak dan kemampuannya. Tetapi dalam kepimpinan Yesus itu tampaklah pula kebapaan-Nya. Di mana usaha seseorang tidak mampu memenuhi kebutuhannya, disitulah Ia tampil, bukan supaya diri-Nya dipuji orang, melainkan agar orang itu dapat ikut merasakan betapa besar kasih Allah kepadanya.
Betapa indah dan bahagia setiap perkawinan keluarga dan komunitas apapun, apabila Maria dan Yesus dapat ikut hadir di dalamnya! bila setiap orang dalam hidupnya bersama dengan orang-orang lain, apa pun dan bagaimana pun bentuknya, bersedia dan bertekad hidup dengan jiwa, sikap dan perbuatan seperti ditunjukkan Yesus dan Maria dalam kehadiran mereka dalam perkawinan di Kana, maka ia sungguh akan merasakan kegembiraan kristiani sejati. Semoga segenap hidup perkawinan di dalam setiap keluarga, dan segenap hidup bersama dalam setiap komunitas apapun, terciptalah suasana riang gembira berkat kehadiran kebapaan, keibuan dan kekeluargaan Yesus dan Maria, seperti dalam perkawinan di Kana.
Mgr. F.X. Hadisumarta O.Carm.
kumpulan Homili Mgr. FX. Hadisumarta O.Carm