Kalender Liturgi hari ini
Kitab Hukum Kanonik
No. kanon: contoh masukan no kanon: 34,479,898-906
KITAB SUCI +Deuterokanonika
: - Pilih kitab kitab, masukan bab, dan nomor ayat yang dituju
Katekismus Gereja Katolik
No. : masukkan no. katekismus yang dikehedaki, misalnya 3, 67, 834 atau 883-901

Partner Link Website
Keuskupan, Paroki & Gereja

Partner Link Website Katolik & Umum

H O M I L I
Mgr F.X Hadisumarta O.Carm

MINGGU PRAPASKAH II/B 2021

Kej 22:1-2.9a.10-13.15-18 Rm 8:31b-34 Mrk 9:2-10

PENGANTAR
   Di dalam Kitab Suci gunung atau bukit mempunyai arti yang mendalam. Disebut misalnya: Gunung Moria, Sinai, Nebo, Karmel, Horeb, Bukit kebahagiaan, Tabor, Sion, Bukit Zaitun, Kalvari, Golgota. Gunung-gunung itu dipakai untuk menggambarkan pertemuan Allah dengan umat-Nya. Demikianlah gunung atau bukit mempunyai makna alkitabiah yang mendalam. Juga Perjanjian Lama (Bac.I) dan Perjanjian Baru (Injil Mrk) hari ini memuat dua peristiwa penting dalam sejarah keselamatan kita, yang dilaksanakan oleh Tuhan. Marilah bacaan-bacaan hari ini kita baca dan pahami dengan seksama dan dengan hati terbuka.

HOMILI
    Kitab Suci hari ini menyebut dua gunung, Moria dan Tabor, di mana kepada kita diperlihatkan rencana dan hubungan antara Allah dan Putera-Nya Yesus sebagai Penyelamat kita.

    Pertama dalam Bac.I (Perj. Lama): Peristiwa di gunung Moria. Kepercayaan dan semangat pengorbanan Abraham, yang diminta untuk mengorbankan anaknya (Kej 22:1-19). Bukankah tuntutan Allah itu bagi pemikiran kita merupakan suatu batu sadungan luarbiasa? Allah yang bagaimanakah Allah ini, yang minta seorang ayah membunuh anaknya? Tetapi karena Abraham begitu percaya akan Allah dan bersedia memenuhi perintah-Nya, anaknya diselamatkan! Abraham yang begitu mendalam dan kokoh kepercayaannya, mampu menghadapi tututan dan ujian hidup yang begitu berat.

    Kedua dalam Injil (Perj. Baru): Peristiwa yang terjadi di gunung Moria juga bergema di gunung Tabor, dan kemudian juga di bukit Golgota. Gunung Moria, Tabor dan Golgota memiliki makna rohani yang sangat berharga. Mengapa? Karena di puncak-puncak itu kita melihat dan bertemu dengan Allah, yang tidak pernah meninggalkan kita, juga bila kita mengalami penderitaan, kekecewaan, kehinaan dan kematian. Allah selalu bersama dengan kita, baik di hari terang maupun gelap, dalam kegembiraan maupun kesusahan.

    Gunung-gunung itu memberi pelajaran kepada kita: Hanya apabila kita mau dan bersedia meninggalkan apa yang paling kita cintai dan sukai dalam hidup sekarang ini, dan bersedia mempersembahkannya kepada Allah, sebab Ia adalah Pemberi segalanya yang baik, maka kita selalu dapat mengharapkan kebaikan Allah, meskipun kita tidak tahu bagaimana Allah akan membalas berbuat baik kepada kita. Hanya dengan bersikap demi-kianlah kita dapat hidup, sambil setiap kali dapat bangkit kembali, sembuh dari aneka penyakit, melihat sinar terang yang memberi harapan. Dan dengan demikian kita dapat selalu memulai hidup baru.

    Kita tidak dapat menggambarkan apa yang terjadi dalam transfigu-rasi Yesus di gunung Tabor (Mrk 9:2-10; Mat 17:1-9; Luk 9:28-36). Hanya diberitakan, bahwa Yesus berubah rupa, pakaian-Nya sangat putih berkilau-kilauan. Tampak juga Musa sebagai pembebas perbudakan Israel di Mesir, dan Elia sebagai nabi terbesar. Kiranya di atas gunung Tabor Yesus membutuhkan peneguhan pribadi-Nya dalam hidup-Nya. Sebelum naik gunung Yesus memberitahukan kepada murid-murid-Nya, bahwa Ia akan banyak menderita, dibunuh, meskipun akan bangkit lagi. Tetapi Yesus di puncak gunung membutuhkan peneguhan hidup-Nya. Seperti Ia sebelum tampil di depan umum telah turun di sungai Yordan untuk dibaptis, demikian juga Yesus juga berani naik ke Yerusalem untuk melaksanakan panggilan-Nya. Apa yang dilakukan Yesus itu harus kita lakukan juga. Kita harus mengikuti Yesus naik gunung, agar dapat melihat sedikit kehadiran Allah di dunia kita, kemudian kita turun masuk ke dalam hidup kita sehari-hari.

    Ceritera Markus juga mengingatkan kita, bahwa tidak cukup kita hanya memandang dan memikirkan kehadiran Allah di gunung, melainkan juga mau mendengarkan kata-kata Yesus untuk turun kembali memasuki hidup kita sehari-hari. Peristiwa yang dialami Yesus di gunung Tabor mendorong kita juga untuk melihat kembali pengalaman-pengalaman kita di gunung Tabor hidup kita sendiri. Apakah pengalaman itu dapat memberi terang dalam aneka bayangan dan kegelapan hidup kita? Apakah pengalaman kita di puncak gunung hidup kita itu dapat memberikan kekuatan, keberanian dan harapan dalam perjalanan hidup kita? Seperti ketiga rasul (Petrus, Yakobus,Yohanes), di gunung kita juga harus mendengarkan suara Tuhan: “Inilah Anak-Ku terkasih, dengarkanlah Dia!” Sabda Allah itu memanggil kita untuk tetap selalu setia dan taat akan iman kita! Sebab bila kita berada di bawah, di daratan, dalam kehidupan sehari-hari, kita kerapkali tidak dapat melihat kemuliaan Kristus!

    Yesus harus mengalami berada di dua gunung atau bukit, Tabor dan Golgota. Kita pun, bila ingin menjadi murid-Nya yang sejati, harus bersedia mempunyai pengalaman di kedua gunung itu juga. Bukan hanya di Tabor tetapi juga di Golgota, agar dapat sungguh melihat kemuliaan Allah. Transfigurasi atau perubahan rupa Yesus menegaskan kepada kita, bahwa kehidupan mulia yang dianugerahkan Allah kepada kita tak terpisahkan dari penderitaan dan kematian.Tidak ada jalan lain yang dapat kita tempuh.

Mgr. F.X. Hadisumarta O.Carm.

kumpulan Homili Mgr. FX. Hadisumarta O.Carm

Diperkenankan untuk mengutip sebagian atau seluruhnya isi materi dengan mencantumkan sumber http://www.imankatolik.or.id/